Dari PORSENI IPeKB di Magelang, Menteri Wihaji: “TFR Kita 2,1, Itu Bagus untuk ke Depan”

Di teori apapun, cara mengendalikan penduduk selalu dilakukan melalui program Keluarga Berencana (KB). Di sebagian negara, pengendalian penduduk menjadi prioritas namun harus dilakukan ekstra hati-hati. Karena itu, Total Fertility Rate (TFR) harus dijaga.

“TFR kita secara keilmuan pas berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah, berada di kisaran 2,0 sampai 2,1. Tapi hari ini Alhamdulillah TFR kita 2,1, sehingga itu bagus untuk ke depan dan kita jaga keseimbangan dalam pengendalian penduduk.”

Hal itu dikemukakan Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN (Kemendukbangga/BKKBN), Dr. Wihaji, S.Ag, M.Pd, pada pembukaan PORSENI (Pekan Olahraga dan Seni) Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana (IPeKB) Jawa Tengah Tahun 2025, bertempat di GOR Samapta, Magelang, Jawa Tengah, Rabu (23/07/2025).

Dengan TFR sebesar itu, Menteri Wihaji menganggap isu KB selesai. Yang belum selesai adalah memprioritaskan pelayanan KB. Siapa yang melayani? Di antaranya adalah Penyuluh KB (PKB/PLKB). “Maka, masa depan kependudukan ada di Penyuluh KB,” ucap Menteri Wihaji.

Menteri mengatakan, Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN saat ini memiliki penyuluh maupun Petugas Lapangan KB hampir sebanyak 20.000 penyuluh.

Menteri Wihaji juga menyinggung program pembangunan keluarga, di mana fondasi menjadi kekuatan paling penting. Dan para Penyuluh KB lah yang selama ini mengawasi, mengawal, dan memastikan supaya fondasi itu kuat.

Dari mana memulainya? “Hulunya mulai dari calon pengantin yang nanti menjadi pasangan usia subur yang kita pastikan tidak stunting. Kemudian kita urus baduta, batita, remaja dan GenZ. Lansia, kita juga yang urus,” tambah Menteri Wihaji.

Menteri juga mengemukakan bahwa saat ini penduduk Indonesia berjumlah 286 juta jiwa, dengan 74 juta keluarga. “Mereka inilah yang kita urus. Kependudukan dan pembangunan keluarga adalah dua urusan yang ditugaskan kepada Kemendukbangga setelah bertransformasi dari badan (BKKBN),” ujar Menteri Wihaji.

Program Quick Wins Kemendukbangga/BKKBN

Menteri Wihaji juga menyampaikan program-program Quick Wins Kemendukbanagga/BKKBN. Ia meyakini kekuatan negara ada di keluarga. Jika keluarga baik-baik saja ke depan, maka Indonesia akan baik-baik saja. “Dan Insya Allah memberikan kontribusi yang terbaik buat bangsa dan negara,” ujar Menteri.

Menteri mengakui bahwa hasil mengurus keluarga tidak bisa dilihat secara langsung, seperti dalam pembangunan infrastruktur. Menteri kemudian menyebut lima quick wins yang strategis dalam pembangunan keluarga. Yakni, GENTING (Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting), TAMASYA (Taman Asuh Sayang Anak), GATI (Gerakan Ayah Teladan Indonesia), dan Super app Keluarga Berbasis AI, serta SIDAYA (Lansia Berdaya).

Menteri Wihaji kemudian bercerita apa yang ada dibalik quick wins Genting. “Sekitar 82 persen warga negara Indonesia suka menyumbang atau dermawan. Dari 82 persen, 63 persennya menyumbang mereka yang tidak diketahui siapa yang akan disumbang. Itulah inspirasi saya, saya bikin Genting,” katanya.

Kenapa pula muncul Tamasya? Saat ini lebih dari 71 ribu perempuan Indonesia mempunyai keinginan child free, menikah tapi tidak mau punya anak. Kenapa? Rata-rata alasannya ketakutan kalau harus keluar dari pekerjaan karena punya anak. Atau ketakutan siapa yang mengurus anak. “Ada pula yang mengaku tidak mampu membayar pembantu,” terang Menteri Wihaji.

Demikian halnya GATI. “Alhamdulillah, dalam seminggu terakhir lumayan, semua orang Indonesia membincangkan ketika ayah mengantar anaknya ke sekolah,” ujar Sunarto.

Menurut Menteri, di Indonesia ada 20,9 persen anak kehilangan sosok ayah yang disebut dengan fatherless. Akibatnya, anak-anak merasa kering, merasa sentuhan seorang leader bernama ayah tidak ada.

“Alhamdulillah, melalui GATI yang kita mulai ketika hari pertama sekolah, ayah kita himbau untuk mengantar anak-anaknya sekolah. Sudah menjadi isu nasional dan menjadi perbincangan pro dan kontra. Ada yang bilang saya sudah tidak punya ayah, saya sudah cerai, ayah saya sudah meninggal. Saya hormat, saya prihatin,” urai Menteri Wihaji.

Menteri mengatakan sosok ayah bisa diwakili kepala rumah tangga perempuan. “Karena itu tentu saya terima kasih kepada ayah-ayah dan kepada kepala rumah tangga perempuan yang menjadi pengganti sosok ayah yang kemarin mengantar anak-anaknya, cucu-cucunya dan itu kehormatan buat anaknya dan mereka rata-rata senang diantar ayahnya,” ujar Menteri Wihaji.

Berikutnya adalah Super App Keluarga berbasis IT. “Saya ingin siapkan materi-materi edukasi melalui AI supaya semua dijawab dengan AI,” kata Menteri Wihaji.

Adapun SIDAYA, kehadiran program ini dilatarbrlakangi oleh keprihatinan Menteri Wihaji melihat orang tua sendirian di rumah. Hidup dalam kesepian. Saat ini 11,7 persen lansia di Indonesia butuh uluran tangan dan pemerintah harus hadir. “Saya melahirkan program lansia berdaya harapannya ada lansia enterpreneur,” tutur Menteri.

Menteri juga memiliki konsep kartu lansia. Sehingga lansia di Indonesia mendapatkan diskon naik kereta api, diskon naik pesawat, hingga diskon belanja.

•⁠ ⁠Ujung Tombak Pembangunan Keluarga

Hadir Walikota Magelang, H. Damar Prasetyono, yang menyampaikan apresiasinya atas kehadiran kontingen dari 35 kabupaten/kota se-Jawa Tengah. “Para Penyuluh KB adalah ujung tombak pembangunan keluarga. Mereka hadir di tengah masyarakat, membimbing, mengedukasi, dan menjadi jembatan antara kebijakan dan kebutuhan nyata keluarga Indonesia,” ujar Walikota.

Dalam pandangannya, Walikota menilai PORSENI yang diikuti 1300 peserta ini bukan semata-mata ajang kompetisi, melainkan juga wahana silaturahmi, aktualisasi diri serta pengingat akan pentingnya peran para Penyuluh KB dalam membangun keluarga berkualitas.

Dalam kegiatan tersebut Menteri Wihaji bersama jajaran juga melakukan kunjungan ke Keluarga Risiko Stunting (KRS)
di wilayah Magelang dan memberikan bantuan untuk Ibu hamil dengan berat badan dan tinggi badan di bawah standar, dan HB rendah, berlokasi di Kelurahan Wates.

Bantuan juga diberikan kepada baduta yang memiliki ukuran tubuh di bawah standar. Termasuk underweigth, stunting, dan wasting, berlokasi di Kelurahan Kramat Utara.