Upaya percepatan penurunan stunting di Indonesia menunjukkan hasil nyata berkat kolaborasi berbagai pihak. Data Pendataan Keluarga (PK) 24 Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN mencatat masih ada keluarga berisiko stunting (KRS) sebanyak 8.682.170.
Angka itu meliputi 3.760.390 keluarga tanpa jamban layak, 1.933.048 tanpa akses air bersih, dan 4.366.443 KRS dengan Pasangan Usia Subur (PUS) 4 Terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak, dan terlalu sering) dan tidak menggunakan KB modern.
Sebagai solusi, Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (GENTING) hadir untuk menggerakkan partisipasi masyarakat secara gotong royong. Hingga 1 Oktober 2025, tercatat 271.107 mitra orang tua asuh telah mendampingi 1.404.969 penerima GENTING melalui edukasi, bantuan nutrisi, penyediaan air bersih, jamban sehat, dan rumah layak huni.
Melalui semangat gotong royong, GENTING diharapkan menjadi gerakan sosial berkelanjutan menuju generasi emas bebas stunting. “Harapannya, sistem ini jadi kekuatan kita. Dengan menyelamatkan satu orang, maka kelak kita akan selamatkan satu generasi,” terang Dr. Wihaji S.Ag, M.Pd, Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN dalam Talkshow “Tumbuh Tanpa Batas, Generasi Bebas Stunting” yang digelar di Menara Kompas, Jakarta Pusat, Rabu (15/10/2025).

Upaya percepatan penurunan stunting di Indonesia terus menunjukkan hasil positif. Di tahun 2025, prevalensi stunting telah turun menjadi 19,8 persen. Penurunan ini menunjukkan langkah nyata pemerintah bersama seluruh elemen bangsa dalam mewujudkan generasi bebas stunting.
“Di tahun 2021 masih 24%, dan terus berkembang. Terakhir di tahun 2024 dari hasil SSGI, prevalensi stunting kita adalah 19,8%,” tambahnya.
Menteri Wihaji menegaskan, meski angka stunting terus menurun, jutaan anak Indonesia masih berisiko gagal tumbuh dan membutuhkan perhatian. Dari keprihatinan itu lahirlah Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting — sebuah gerakan gotong royong yang mengajak masyarakat ikut menjadi bagian dari solusi.
Diketahui, semangat berbagi sudah melekat dalam karakter bangsa Indonesia. “Bahkan 66 persen masyarakat kita suka membantu orang yang tidak dikenal. Artinya, siapa pun bisa terlibat menjadi orang tua asuh cegah stunting,” tegasnya.
Menurut World Giving Index (WGI), Indonesia berada di peringkat 74 dunia dalam tingkat kedermawanan, dengan 66% masyarakat pernah membantu orang lain, 90% memberikan donasi, dan 65% terlibat kegiatan sukarelawan. Data ini menunjukkan kuatnya semangat gotong royong yang menjadi modal sosial bangsa.

• Kolaborasi Kunci Bangun Generasi Berkualitas
Para narasumber dalam talkshow menegaskan bahwa menyiapkan generasi Indonesia bebas stunting adalah tanggung jawab bersama. Saidah Sakwan, Pimpinan Baznas RI, menyebut kualitas sumber daya manusia harus disiapkan sejak dini melalui kerja sama semua pihak.
“Menyiapkan Indonesia ke depan bukan hanya tugas negara, tetapi tanggung jawab kita semua warga negara,” ujarnya.
Menyoroti hal yang sama, DG Sanny Suharli, District Governor Rotary 3410 menekankan pentingnya keterlibatan komunitas. Menurutnya, setiap anak yang lahir harus terbebas dari stunting agar Indonesia siap menuju 2045. “Program Indonesia Emas 2045 adalah tanggung jawab kita bersama,” imbuhnya.
• Kedermawanan dan Peran Media Menggerakkan Aksi
Vikra Ijas, CEO Kitabisa, menilai Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting menjadi bukti nyata gotong royong masyarakat. Ia menyebut kedermawanan orang Indonesia luar biasa. “Kalau disalurkan secara strategis dan sinergis, dampaknya bisa besar,” tegasnya.
Vikra juga menekankan pentingnya transparansi dan hasil nyata dalam membangun kepercayaan publik. Ia menilai, ketika masyarakat melihat bukti keberhasilan di lapangan, akan tumbuh keyakinan untuk ikut terlibat.
Sementara itu, Dahlan Dahi, CEO Tribun Network, menyoroti kekuatan cerita dalam membangun kepedulian. “Story moves people. Kita merasa bersaudara bukan karena saling kenal, tapi karena punya cerita yang sama,” ucapnya. Ia menegaskan, media berperan penting menghubungkan mereka yang ingin membantu dengan yang membutuhkan.
