Previous slide
Next slide

GenRe Mengajar di Pesisir Batam

Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) merupakan kegiatan pertama yang dilakukan peserta didik baru ketika masuk sekolah. Seperti pengenalan program, sarana dan prasarana sekolah, metode belajar efektif, penanaman konsep pengenalan diri dan pembinaan awal.

Penyelenggaran MPLS harus dilaksanakan secara edukatif, kreatif dan menyenangkan. Untuk itu, Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau dan Forum Generasi Berencana (GenRe) Kepulauan Riau mengambil peran dengan cara memperkenalkan program ketahanan remaja dan GenRe di SMA Negeri 6 Pulau Air Raja, Kecamatan Galang, Kota Batam, Kepulauan Riau, beberapa hari lalu.

Akses menuju sekolah SMA Negeri 6 yang berada di pesisir Batam tidaklah mudah. Harus berlayar selama 30 menit melalui dermaga kecil Pelabuhan Punggur. Menggunakan pompong moda angkutan penghubung laut. Naik dan turun kapal menggunakan “tangga monyet” yang menempel pada dinding vertikal dan kondisinya cukup rapuh.

Dua siswa/i dari daratan Batam yakni Naila siswi kelas 11 yang tinggal di Kecamatan Bengkong dan Udin siswa kelas 12 yang tinggal di Kecamatan Nongsa setiap hari harus menempuh perjalan jauh menuju Pulau Air Raja demi menggapai cita-citanya.

Saat musim angin utara, gelombang di sejumlah perairan Kepulauan Riau semakin tinggi. Alternatif lain untuk tetap menjalankan proses pembelajaran adalah melalui metode daring. Namun tantangan ini tidak menurunkan semangat tenaga pengajar maupun motivasi siswa untuk menimba ilmu pengetahuan dan keterampilan di Pulau Air Raja.

Kedatangan Tim Perwakilan BKKBN Kepri dan Forum GenRe Kepri disambut hangat Kepala Sekolah Sugijarto, M.Pd, juga Pengawas Sekolah Pian Irawan, M.Pd. Jumlah pengajar dan siswa/i di SMA Negeri 6 tidak begitu banyak hanya 11 Guru dan 50 siswa/i.

“Kami sangat senang mendapat kunjungan dari BKKBN dan GenRe Kepri dan mendapatkan kesempatan mengikuti Workshop Tentang Kita. Kegiatan ini merupakan bagian dari kurikulum. Harapan lainnya siswa/i kami bisa menjadi figur teladan bagi masyarakat di Pulau Air Raja,” ujar Sugijarto.

Sugijarto menambahkan, bahwa ia akan mengajak tujuh sekolah lainnya yang berada di wilayah hinterland untuk melakukan kegiatan serupa. Serta menghidupkan kembali Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) yang ada di sekolah wilayah pesisir.

Lonceng berbunyi dan listrik mulai menyala dengan mesin genset, tanda pembelajaran dimulai. Diawali dengan Pemutaran Film muatan lokal Gerakan Anambas Bebas dari Stunting (Gasing) karya Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas.

Film ini merupakan upaya memberikan Komunikasi, Informasi dan Komunikasi (KIE) kepada siswa/i tentang bahayanya pernikahan dini yang dapat menyebabkan terjadinya stunting. Termasuk pesan tentang Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan pentingnya pemeriksaan baduta secara berkala.

Kebanyakan masyarakat pesisir tinggal di atas ruang laut, mengingat daerah tersebut memang berbasis kepulauan dan kelautan. Film Gasing menyampaikan pesan pentingnya menerapkan PHBS agar tidak membuang limbah rumah tangga dan tinja secara langsung ke laut. Serta betapa berbahayanya mengkonsumsi ikan yang berada di bawah rumah penduduk yang telah terpapar oleh limbah.

Pola hidup seorang ayah yang perokok juga tervisualisasikan dalam film Gasing. Memberikan informasi bahayanya anak yang terpapar asap rokok dan berisiko terhadap stunting. Kemudian betapa pentingnya membawa balita ke posyandu untuk penimbangan, pengukuran dan pencatatan tumbuh kembang anak.

Ketua Forum GenRe, Asterela Yolanda, yang juga sebagai mahasiswa kedokteran, memberikan materi program ketahanan remaja dan pengenalan forum GenRe. Ia menjelaskan bahwa remaja berperan memberikan wawasan kepada generasi muda tentang kesehatan reproduksi, menciptakan remaja yang bebas dari narkoba, seks bebas, pernikahan dini dan infeksi menular seksual.

Materi Workshop Tentang Kita (WTK) modul berani, di mana Topik pertama membahas tentang “siapa aku?”. Masing-masing menggambar telapak tangan kemudian menulis seputar hal yang membuatmu bangga dengan dirimu. Hal yang harus ditingkatkan atau diperbaiki dari diri dan menuliskan cita-cita.

Hendra (18) bercerita pada sesi games WTK modul berani hal yang membuat ia bangga pada dirinya adalah bisa menghasilkan uang sendiri. Di sela-sela setelah aktifitas sekolah Hendra menyempatkan diri untuk ikut bekerja membuat kapal tongkang ikan. Hasil yang didapat ditabung untuk menggapai cita-citanya kelak menjadi seorang nakhoda kapal.

Antusias siswa/i tak kalah semangatnya pada topik kedua, yaitu gender vs jenis kelamin. Di sesi ini remaja diberikan ‘clue’ kemudian menentukan clue tersebut termasuk gender atau jenis kelamin. Penting untuk memahami perbedaan antara keduanya dan menjunjung tinggi kesetaraan gender agar terhindar dari diskriminasi sosial.

Topik terakhir Implementasi Nyata GenRe Cegah Stunting (Ini Genting). Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan remaja dalam memilih makanan sehat khususnya dengan olahan pangan lokal untuk mengatasi terjadinya anemia. Ini sebagai langkah konkrit dalam pencegahan stunting dari hulu.

Berdasarkan sumber data Aplikasi Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM), di Kelurahan Air Raja sebanyak 33 balita telah diukur. Hasilnya 0 kasus stunting. Meskipun tidak terjadi kasus stunting, pencegahan dari hulu tetap harus dilakukan. Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) juga diberikan kepada remaja putri sebagai langkah preventif terjadinya anemia.

Pengawas Sekolah SMA Negeri 6, Pian Irawan, M.Pd, mengucapkan terima kasih kepada seluruh tim yang telah melaksanakan workshop ini yang berkenan memberikan pembekalan hingga ke pesisir Kota Batam. “Harapan kami PIK-R SMAN 6 Batam bisa lebih berperan aktif dan sekolah-sekolah di wilayah hinterland lainnya juga terjamah,” ujarnya.

Open chat
BE Radio Indonesia
Selamat datang di layanan Whatsapp Interaktif BE Radio Indonesia! ada yang bisa kami bantu?