Previous slide
Next slide

Kiprah UPPKA Aceh Melenggang di Ajang Nasional

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bekerja sama dengan Badan Pengurus Pusat Asosiasi Kelompok UPPKA (BPP AKU) telah sukses menyelenggarakan Pameran dan Gelar Dagang Produk Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA) dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Tahun 2024.

Gelaran akbar ini dalam rangka memperingati Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-31 Tahun 2024 yang diikuti 38 provinsi se-Indonesia. Berlangsung pada 27 hingga 29 Juni 2024 di Lapangan Pancasila, Simpang Lima, Semarang, Jawa Tengah.

Tidak ketinggalan dalam event ini, Stand UPPKA Aceh menjadi salah satu yang ikut memeriahkan kegiatan tersebut dengan memamerkan dan menghadirkan berbagai produk unggulan, salah satunya Kopi Arabika Gayo dari beberapa kelompok UPPKA Provinsi Aceh.

Stand Pameran Aceh tahun ini bertema “Lambaian Pucuk Rebung (Bambu Muda) & Seruput Kopi Arabika Gayo Di Bumo Seramoe Mekah (Bumi Serambi Mekah)”. Stand Aceh berhasil mencuri perhatian pengunjung karena dihiasi ornamen dan sulaman kasab Aceh yang khas dan cantik.

Tak hanya itu, produk-produk unggulan hasil kerajinan UPPKA binaan BKKBN Aceh yang dipamerkan juga sangat menarik dan beragam. Sebut saja kain dan selendang bermotif Pucuk Rebung, jilbab dengan motif Pintoe Aceh dan Bunga Cempaka, tas, dompet, aksesoris dengan motif Aceh dan Kerawang Gayo, kupiah, serta melinjo. Bahkan ada gula merah.

Tidak ketinggalan tentunya juga menghadirkan produk Kopi Arabika Gayo yang menjadi primadona dan magnet tersendiri bagi pengunjung selama tiga hari pelaksanaan pameran berlangsung.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy, bersama Kepala BKKBN, dokter Hasto, serta tamu utama lainnya saat puncak perayaan Harganas juga menyempatkan mengunjungi Stand Aceh dan mencicipi Kopi Arabika Gayo.

Kunjungan itu disambut hangat Kepala Perwakilan BKKBN Aceh, Safrina Salim, SKM, M.Kes beserta tim dari BKKBN Aceh, dan M. Natsir, SH, M.Hum selaku Ketua AKU Provinsi Aceh.

Pada kunjungan tersebut Muhadjir menyebut bahwa produk Aceh khususnya Kopi Arabika Gayo memang memiliki rasa yang mantap dan patut diperkenalkan pada ajang gelar UPPKA/UMKM seperti ini.

● Promosi Produk

Sementara itu, Safrina Salim, mengatakan bahwa, keterlibatan Stand UPPKA Aceh dalam kegiatan gelar dagang ini merupakan salah satu upaya promosi produk-produk UPPKA Aceh, khususnya produk hasil kopi Aceh yaitu Arabika Gayo.

“Mudah-mudahan dengan ikut pameran dan gelar dagang kali ini produk unggulan UPPKA Aceh bisa lebih dikenal dan digemari khalayak luas,” imbuhnya.

PIC Tim Kerja Pemberdayaan Ekonomi Keluarga (PEK) BKKBN Aceh, Nurismi, menambahkan untuk produk Kopi Gayo, ada empat kelompok UPPKA yang diikut sertakan produknya dalam Harganas kali ini.

Alasan memilih jenis kopi Arabika Gayo dari jenis kopi lainnya karena kopi tersebut merupakan salah satu ikon komoditi pangan Aceh yang memiliki karakteristik aroma dan cita rasa kuat dan khas.

Adapun produk kerajinan yang dijual selama pameran dan gelar dagang diambil dari beberapa UPPKA binaan BKKBN Aceh. Di antaranya UPPKA Cempaka Bordir dari Kota Langsa, UPPKA Riska Suvenir dari Kabupaten Aceh Besar, UPPKA Pusaka Jaya dari Kabupaten Pidie, UPPKA Hareukat Poma dari Kabupaten Pidie, UPPKA Nadia Suvenir dari Kabupaten Aceh Utara, dan Kelompok UPPKA Gula Aren dari Kabupaten Gayo Lues.

Sekira 200 produk kerajinan, 400 cup kopi yang tersaji, dan 20 kg bubuk kopi telah berhasil terjual.

Tidak heran, Stand Aceh berhasil menerima penghargaan Juara ke-2 Stand dan Produk UPPKA terbaik. Penghargaan itu diberikan langsung oleh Deputi Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN RI, Nopian Andusti, SE, MT pada acara penutupan kegiatan tersebut.

Sementara itu, Safrina Salim mengatakan pencapaian ini tentunya diperoleh atas dukungan dan kerjasama banyak pihak. Di antaranya tim yang hadir langsung ke Semarang maupun yang tidak, serta tim UPPKA yang selalu berusaha menjaga kualitas produk sehingga layak untuk dipromosikan hingga ke tingkat nasional lewat pameran dan gelar dagang UPPKA/UMKM ini.

“Setelah ini, kita bersama-sama akan lebih meningkatkan kualitas produk-produk UPPKA dengan melakukan penguatan dan pembinaan lebih gencar, agar UPPKA di Aceh menjadi lebih sukses dan berkembang,” tambahnya.

● Tantangan UPPKA Aceh

Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor atau dikenal juga sebagai Kelompok UPPKA yang diinisasi kelahirannya oleh BKKBN adalah usaha ekonomi produktif keluarga. Beranggotakan sekumpulan anggota keluarga akseptor (peserta KB) yang saling berinteraksi dalam rangka meningkatkan fungsi ekonomi keluarga akseptor dan mewujudkan kemandirian ekonomi keluarga.

Provinsi Aceh memiliki kurang lebih 683 kelompok UPPKA dengan berbagai macam jenis bidang usaha. Ada kuliner, aksesoris, kerajinan, dan sebagainya. Dalam menjalankan maupun mengembangkan usahanya, tentu kelompok UPPKA menghadapi beragam tantangan.

Safrina Salim menyadari bahwa usaha mengembangkan kelompok UPKKA agar menjadi lebih besar dan mandiri tidak mudah. Terdapat banyak tantangan dan hambatan, di antaranya keterbatasan penyediaan bahan baku, teknis produksi, pemasaran hasil usaha, dan tentu saja masalah permodalan.

“Pengembangan kelompok UPPKA sering terhambat karena minimnya modal usaha. Selain itu, masih minimnya kelompok UPKKA yang belum berbadan hukum, sehingga terhambat proses verifikasi administrasi,” jelasnya.

Terkait dengan itu,  Safrina  menyarankan agar kelompok UPPKA yang belum memiliki AD/ART dan berbadan hukum, segera melegalkan kelompok UPPKAnya.

Selain itu, dirasa perlu melakukan beberapa langkah strategis demi pengembangan dan pertumbuhan UPPKA baik dalam hal keanggotaan, produk, serta permodalan. Langkah pertama ialah memperkuat pembinaan pada anggota melalui KIE dan konseling agar menjadi anggota/keluarga yang lebih siap untuk memberdayakan diri dalam aspek ekonomi.

Selanjutnya, melakukan penguatan UPPKA di Gampong (desa) melalui kolaborasi bersama Badan Usaha Milik Gampong (BUMG) atau yang biasa dikenal dengan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa).

BUMDes menurut PP No. 11 tahun 2021 adalah badan hukum yang didirikan oleh desa dan/atau bersama desa-desa guna mengelola usaha, memanfaatkan aset, mengembangkan investasi dan produktivitas, menyediakan jasa pelayanan, dan/atau menyediakan jenis usaha lainnya untuk kesejahteraan masyarakat Desa.

Diketahui, Dana Desa mulai dikucurkan ke Provinsi Aceh dari tahun 2015. Alokasi Dana Desa melalui BUMG dapat menjadi strategi andalan untuk sektor ekonomi.

Strategi lainnya dengan melakukan promosi melalui platform digital (media online). Diharapkan dari langkah ini, pemasaran produk UPPKA dapat dilakukan lebih efektif, efisien, dan mengikuti perkembangan zaman khususnya perkembangan era digital.

Selain pemasaran melalui platform digital dapat dilakukan secara gratis, jangkauan pemasaran juga lebih luas, sehingga mampu meningkatkan penjualan produk UPPKA.

Open chat
BE Radio Indonesia
Selamat datang di layanan Whatsapp Interaktif BE Radio Indonesia! ada yang bisa kami bantu?