Menjaga kesehatan mental tak hanya untuk orang dewasa, tapi remaja juga. Konsekuensi dari kegagalan menangani kondisi kesehatan mental remaja berlanjut hingga dewasa, mengganggu kesehatan fisik dan mental serta membatasi kesempatan untuk menjalani kehidupan yang memuaskan sebagai orang dewasa.
Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN menggandeng UNICEF dalam Gerakan Kesehatan Mental Bagi Remaja “Unlock Your Best Self -Remaja Bahagia, Dunia Lebih Ceria”, Sabtu (26/10/2024), di RPTRA Teratai, Tebet Timur dan disiarkan langsung di akun youtube BKKBNOfficial.
Kegiatan ini dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia dan Hari Sumpah Pemuda.
Dalam survei UNICEF Indonesia (2021), hampir 50% anak muda di Indonesia merasa tertekan, cemas, atau mengalami stres berat, ungkap Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN, Nopian Andusti, SE, MT, saat memberikan sambutannya pada acara tersebut.
Hal ini sebagian karena fase tumbuh kembang yang remaja alami, di mana salah satunya adalah tentang citra diri mereka belum berkembang dengan baik dan mereka sangat peka terhadap pendapat orang lain dan rentan terhadap kritik.
“Kemudian juga masa remaja, khususnya, dapat menjadi masa di mana merespon emosional yang intensif, mengingat banyaknya perubahan sosial, kognitif, dan fisik yang dialami remaja dalam fase pertumbuhannya,” tambah Nopian.
Semuanya itu, lanjut Nopian, memiliki hubungan langsung dengan pengalaman kesejahteraan jiwa dan kesehatan mental.
Hasil data yang sama mengungkapkan bahwa sekitar 50% dari masalah kesehatan mental dimulai pada usia 14 tahun, dan sekitar 75% pada usia 24 tahun
Ia juga mengungkapkan mengapa para remaja harus menjaga kesehatan mentalnya. “Kesehatan mental yang baik membantu remaja merasa lebih percaya diri dan yakin dalam kemampuan mereka. Mereka memiliki motivasi untuk menetapkan tujuan, bekerja keras untuk mencapainya, dan merasakan kepuasan ketika mencapai kesuksesan,” tambahnya.
Nopian mengatakan, remaja membutuhkan kasih sayang dan dukungan berkelanjutan ketika mereka menjalani dan menghadapi perubahan fisik, sosial, seksual dan psikologis yang cepat dan mengekplorasi perkembangan identitas mereka sendiri.
● Peran Keluarga, Komunitas dan Masyarakat
Sementara itu, pada acara yang sama, Chief of Child Protection Program UNICEF Milen Kidane pada keynote speech nya mengungkapkan bahwa kesehatan mental bukan hanya pembicaraan orang dewasa tapi semua orang juga memerlukannya.
“Kesehatan mental, khususnya bagi remaja, bukan hanya sebagai kata kunci – melainkan sebuah dasar dari siapa kita.”
Masa remaja merupakan masa krusial ketika mereka mencari tahu siapa diri mereka, mengarahkan emosi mereka, dan membangun landasan bagi masa depan. Tapi di sisi lain, mereka merasakan tekanan yang terjadi luar biasa, tambah Milen.
“Itu sebabnya, hari ini, kami di sini untuk mengatakan it’s okay not to be okay. Tidak apa-apa untuk mencari bantuan. Tidak apa-apa bila kita pelan-pelan dan menjaga kesehatan mental kita—karena remaja yang bahagia menciptakan dunia yang lebih ceria,” imbuhnya.
Ia pun menyatakan bahwa kesehatan mental adalah intergenerasi yaitu pembicaraan yang perlu dilakukan di dalam keluarga, komunitas dan di antara semua generasi.
“Para orangtua, wali, guru-guru dan para mentor, dukungan kalian sangat penting. Bersama kita bisa menciptakan ruang di mana anak-anak muda merasa didengar, dihargai, dan dipedulikan,” ujarnya.
Milen berpesan bagi para remaja, tak apa untuk terbuka tentang perjuangannya. Bahkan yang mereka lakukan adalah langkah tepat dalam mendapatkan dukungan, penyembuhan dan kebahagiaan.
● Peluncuran Buku
Pada acara ini juga diluncurkan panduan yang dikeluarkan oleh UNICEF dengan judul “Membantu Remaja Berkembang, Panduan Fasilitator untuk Berkegiatan dengan Remaja Usia 15 hingga 19 Tahun”. Buku ini adalah penguatan dari program UNICEF ‘Mental Health dan Psychosocial Support’.
Buku ini mengulas informasi penting tentang cara mempromosikan, membicarakan, dan mendukung Kesejahteraan Jiwa dan Kesehatan Mental remaja. Panduan ini mencakup berbagai topik, seperti berkomunikasi dengan remaja, hubungan fasilitator-remaja, kesehatan fasilitator itu sendiri, dan bagaimana membantu remaja yang membutuhkan dukungan kesehatan mental.
Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN sangat menyambut baik inisiasi dari UNICEF ini. Untuk tahap selanjutnya, panduan ini akan memperkaya Modul “Tentang Kita” di Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja.
Edukasi modul ‘Membantu Remaja Berkembang’ ini akan ditujukan kepada para fasilitator, yaitu para konselor sebaya yang ada di PIK Remaja yang akan berperan dalam membangun kesadaran akan pentingnya kesehatan mental bagi remaja.
Pada kegiatan Gerakan Kesehatan Mental Bagi Remaja ‘Unlock Your Best Self – Remaja Bahagia, Dunia Lebih Ceria’, juga terdapat talkshow bersama psikolog anak, Anastasia Satriyo, M.Psi; psikolog dan Ketua Forum Generasi Berencana (GenRe) Indonesia, Noer Alif Baslamin.
Juga ada apresiasi pada remaja yang mengikuti lomba konten media sosial (reel/story/tiktok) dan penulisan untuk diri sendiri dan membuat story “add yours” Peduli Kesehatan Mental yang diikuti oleh 90 peserta. Mereka berasal dari pengelola GenRe Indonesia, PIK Remaja dan Bina Keluarga Remaja (BKR) di wilayah DKI Jakarta.