Previous slide
Next slide

BKKBN: Perlu Rekomendasi Ahli Untuk Sukseskan Percepatan Penurunan Stunting di Indonesia

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyelenggarakan Webinar Population Talk Seri III dengan tema “Kualitas Penduduk Terbebas Stunting Melalui Konvergensi Berbagai Intervensi”.

Webinar ini terlaksana dalam rangka menyediakan rekomendasi kebijakan di bidang kependudukan guna penyusunan analisis lanjut sebagai bahan masukan kepada stakeholder dan mitra kerja terkait. Sehingga berkontribusi dalam memecahkan masalah percepatan penurunan stunting (PPS) dan pelaksanaan Grand Desain Pembangunan Kependudukan (GDPK) di semua wilayah di Indonesia.

Webinar diselenggarakan secara hybrid- dan ditayangkan _live streaming melalui akun Youtube Channel @BKKBN Official, Senin (15/07/2024), bertempat di Jakarta Timur.

Hadir secara virtual Plt. Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan BKKBN, dr. Irma Ardiana, MAPS, yang dalam hal ini mewakili Kepala BKKBN dokter Hasto. Irma menyebutkan bahwa dalam rangka memastikan aksi Intervensi Serentak Pencegahan Stunting tahun 2024, seluruh pemangku kepentingan perlu memahami secara komprehensif aksi ini.

Untuk itu, perlu dilakukan analisis kebijakan tentang konvergensi stunting melalui berbagai intervensi, sehingga berbagai kalangan dapat turut berkontribusi dalam mengevaluasi pelaksanaan intervensi pencegahan stunting, serta memberikan rekomendasi kebijakan yang tepat dalam pelaksanaan PPS.

Ia juga menyebutkan 5 Pilar PPS yang merupakan target tujuan pembangunan berkelanjutan pada tahun 2030. Pilar pertama adalah peningkatan komitmen dan visi kepemimpinan di tingkat kementerian/lembaga, pemerintah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan pemerintah desa.

Pilar kedua adalah peningkatan komunikasi perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat. Pilar ketiga peningkatan konvergensi intervensi spesifik dan intervensi sensitif yang di tingkat kementerian/lembaga, pemerintah provinsi kabupaten/kota dan pemerintah desa.

Pilar keempat, ketahanan pangan dan gizi yang ada pada tingkat individu keluarga dan masyarakat. Pilar kelima, penguatan dan pengembangan sistem data informasi riset dan inovasi.

Pada kesempatan ini, Irma juga menyebutkan ada 5 Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting (RAN PASTI). Yakni, penyediaan data keluarga berisiko stunting, pendampingan keluarga berisiko stanting, pendampingan semua calon pengantin atau calon Pasangan Usia Subur (PUS), surveilans keluarga berisiko stunting dan audit kasus stunting.

“Untuk keberhasilan RAN PASTI, BKKBN telah melakukan tiga pendekatan, yaitu pendekatan keluarga berisiko stunting di mana intervensi ini mulai dari hulu dengan lebih menekankan intervensi pada pencegahan lahirnya bayi stunting dengan mempersiapkan kehamilan calon pengantin atau calon ibu melalui perencanaan kehidupan berkeluarga. “Dan penanganannya melalui balita stunting melalui intervensi kuratif,” terang Irma.

Selanjutnya pendekatan yang sifatnya pentahelix, merupakan pendekatan multi sektor dan multi pihak yang menyediakan platform kerjasama antara pemerintah dan unsur pemangku kepentingan, dunia usaha, perguruan tinggi, masyarakat, dan medis.

Kemudian pendekatan intervensi gizi terpadu di mana intervensi ini merupakan intervensi spesifik dan sensitif yang berfokus pada program inkubasi dengan memperhatikan kesehatan dan kecukupan gizi. Di antaranya periode tiga bulan menuju perkawinan bagi calon pengantin (catin), ibu hamil, ibu masa interval dan baduta/balita yang didukung dengan penyediaan sanitasi akses air bersih serta bansos,” tutur Irma.

Open chat
BE Radio Indonesia
Selamat datang di layanan Whatsapp Interaktif BE Radio Indonesia! ada yang bisa kami bantu?