Sekira 1.769 mahasiswa baru yang tersebar di 21 Program Studi di Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Aceh mendapatkan edukasi pencegahan stunting, anemia, dan makanan bergizi dari Bunda GenRe Aceh, Ny. Mellani Subarni Bustami. Mellani Subarni dikukuhkan sebagai Bunda Generasi Berencana Aceh pada 8 Juli 2024 lalu di Aceh Besar.
Selain Bunda GenRe Aceh ikut juga mengedukasi mahasiswa baru secara offline dan online tersebut dan Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Aceh, melalui Bidang KSPK, (Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga) dan Duta GenRe (Generasi Berencana) Aceh.
Sementara kegiatan secara tatap muka berlangsung di lantai 3 Aula Poltekes Aceh, Senin (14/7/2024) di Banda Aceh yang juga turut dihadiri Direktur Poltekes Aceh, Dr. Abdurrahman, S.Kp, M.Pd, beserta pejabat lain dijajarannya, Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA),dr. Nurnikmah, M. Kes, Ketua Tim Kerja Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga (KSPK), Dina Astita, dan Forum GenRe Aceh.
Bunda GenRe Aceh yang juga Penjabat Ketua TP-PKK Aceh, pada pertemuan tersebut mengatakan, peran remaja sangat diperlukan di dalam membantu pemerintah mengedukasi masyarakat terkait pencegahan stunting. Juga ia menekankan pentingnya remaja memahami apa itu stunting dan bagaimana cara pencegahannya, serta juga memahami pencegahan anemia dan pola makan yang bersih dan sehat.
“Paling tidak sudah bisa mengedukasi keluarga dan tetangganya. Jika nanti akan merencanakan berkeluarga, apalagi ini saya lihat lebih banyak mahasiswinya, calon Ibu, bekal nanti saat hamil dan pasca persalinan, jika sudah paham pencegahannya, maka akan melahirkan bayi yang sehat dan terbebas dari stunting,” kata Mellani.
Selanjutnya ia mengatakan, masih tingginya angka stunting terkait masih rendahnya pengetahuan, serta kesadaran masyarakat, terkait pola hidup bersih dan sehat. Pernikahan usia anak yang masih tinggi yang berakibat belum memahami bagaimana melakukan perannya sebagai orangtua di dalam mengasuh anak dengan baik. Ia juga mengatakan kalau pernikahan usia anak penyumbang stunting yang tinggi di Aceh. Untuk ia kembali mengingatkan pentingnya melakukan edukasi dan sosialisasi pendewasaan usia perkawinan dan pencegahan serta percepatan penurunan stunting kepada remaja sebaya dan calon pengantin.
Langkah-langkah strategis lain yang dilakukan organisasi perempuan pemerintahan tersebut, kata Mellani yaitu bekerja sama dengan BKKBN, mengedukasi masyarakat hingga ke tingkat desa. Mellani berharap selain dengan BKKBN, PKK juga bisa berkolaborasi dengan Poltekes dan perguruan tinggi lainnya, sehingga dapat meningkatkan gizi dan PHBS masyarakat. Melakukan pengukuran tinggi dan berat badan dan melakukan pendampingan kepada keluarga Resiko Stunting.
Menurutnya, jika pola asuh, pola pikir, dan pola makan, serta rumah dan lingkungan bersih dan sehat didukung sanitasi bagus, maka stunting tidak ada lagi di Aceh. “Inilah peran penting yang harus kita lakukan bersama, melalui tri darma perguruan tinggi, dan peran adek-adek mahasiswa nanti saat melakukan pengabdian kepada masyarakat,” tuturnya.
Usai memberikah arahan bagaimana melakukan edukasi kepada masyarakat dalam percepatan penurunan stunting. Ia pun meminta BKKBN dan Duta GenRe Aceh agar dapat melanjutkan edukasi kepada mahasiswi baru Poltekes terkait gizi dan penecegahan anemia. Karena menurutnya, gizi yang kurang dan anemia, dapat menyebabkan lahirnya anak-anak stunting baru.
Selain mendapatkan edukasi terkait Peran Remaja Dalam Percepatan Penurunan Stunting oleh Ketua Tim Kerja KSPK, Dina Astita, para mahasiswa baru juga mendapatkan edukasi langsung tentang gizi dan pencegahan anemia dari Duta GenRe Aceh 2023, Muhammad Dzaki Raihan dan Ilzar Tri Ansani.
Selain itu juga dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh Tim Puskesmas Darul Imarah, Aceh Besar kepadan10 mahasiswi. Dari 10 remaja putri yang diperiksa HB nya, dua orang mengalami HB rendah 9 dan 9,1, sedangkan delapan lainnya HB nya normal yaitu di atas 12.
Nurul Raihan, yang memiliki HB rendah yaitu 9, mengatakan, kondisinya selalu seperti ini, kurang HB. Ia pun membeberkan, saat masih duduk di kelas 2 SMA, saat diberi tablet tambah, ia sempat minum dan tiba-tiba lemas. “Saya kemudian tidak meminumnya lagi, apalagi ada isu miring katanya bisa mandul, bisa ini, dan bisa itu. Jadi takut minum, kemudian ada juga guru yang melarang minum,” ungkapnya.
Nurul mengatakan, edukasi seperti ini perlu terus dilakukan, untuk menepis isu miring tersebut. “HB saya kurang, saya anemia, dan bisa berdampak tidak baik bagi kesehatan saya. Awalnya saya pikir kondisi ini karena keturunan, karena Mamak juga anemia. Ternyata tidak, penyebannya karena suka tidur di atas jam 1 malam dan pola makan yang kurang asupan gizinya,” imbuhnya