Previous slide
Next slide

“Sidak Stunting”, Akselerasi Percepatan Penurunan Stunting Di 2024

Dalam memastikan komitmen bersama untuk melakukan percepatan penurunan angka stunting, BKKBN merilis program Sidak Stunting agar terjadi akselerasi dalam percepatan penurunan stunting.

“Kami sampaikan terkait dengan stunting dari tahun ke tahun mengalami penurunan signifikan. Bahkan dari 2021-2022 mengalami penurunan sebesar 2,8%. Penurunan tersebut menjadi kebanggaan para kepala daerah.”

Hal itu dikatakan Kepala BKKBN, dokter Hasto, saat meluncurkan program Sidak Stunting di sela Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dan Percepatan Penurunan Stunting, di Auditorium BKKBN, Jakarta, Kamis (24/4/2024).

Adapun hasil capaian percepatan penurunan stunting di 2023 hingga saat ini belum dirilis secara resmi sesuai arahan Wakil Presiden dan Kementerian Kesehatan. BKKBN sendiri masih menunggu data ePPGBM (elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) dari daerah. Apabila ePPGBM penimbangan mendekati 100%, data dari hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) dan ePPGBM akan dipadupadankan.

Menurut dokter Hasto, meskipun penurunan prevalensi stunting belum sesuai dengan target yang diharapkan, tetapi jumlah. Keluarga Risiko Stunting (KRS) mengalami penurunan signifikan.

Mengutip data pernikahan dari SIMKAH Kementerian Agama, dokter Hasto, mengatakan dari 1.544.373 calon pengantin, hanya 613.113 atau 39,7 persen calon pengantin yang bersedia melakukan pengukuran lengan, berat badan dan mengisi aplikasi Elsimil (Elektronik Siap Nikah, Siap Hamil).

“Calon pengantin harus melakukan skrining dan persiapan kesehatan sebelum hamil untuk mempercepat penurunan stunting,” ujar dokter Hasto.

Dokter Hasto menegaskan di 2024 BKKBN dan mitra kerja akan bergerak lebih cepat agar terjadi akselerasi dalam percepatan penurunan stunting. “Oleh karena itu kami memiliki program Sidak Stunting. Kita akan melalukan Seleksi, Dampingi dan memberikan Aksi nyata”, kata dokter Hasto.

Tim Pendamping Keluarga (TPK), menurut dokter Hasto, telah siap mendampingi Keluarga Risiko Stunting, dan memastikan data KRS dapat digunakan dengan baik untuk penanganan kasus stunting di daerah demi menciptakan SDM berkualitas sejak dini.*

Penulis: Cutmeuthia
Editor: Santjojo Rahardjo

Open chat
BE Radio Indonesia
Selamat datang di layanan Whatsapp Interaktif BE Radio Indonesia! ada yang bisa kami bantu?