Menjaga Mimpi Anak NTB: Kolaborasi Cegah Pernikahan Anak

Siang itu, Aula Rinjani RSUP Provinsi NTB dipenuhi semangat dan perhatian penuh. Ratusan peserta dari pelajar SMP se-Kota Mataram, Forum GenRe NTB, kader Posyandu, TP PKK Kota Mataram, serta perwakilan OPD lingkup Pemprov NTB, hadir mengikuti Sosialisasi Pencegahan Penikahan Anak Usia Dini.

Kegiatan tersebut berlangsung Rabu (11/6/2025) dan menjadi salah satu agenda penting dalam kunjungan kerja Selvi Gibran Rakabuming, Ketua Umum Solidaritas Perempuan untuk Indonesia (SERUNI) Kabinet Merah Putih (KMP). Turut mendampingi Uni Kuslantasi Wihaji, Penasihat Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN, serta para SERUNI KMP.

Kehadiran mereka di NTB bukan sekadar simbolis namun mencerminkan komitmen untuk memastikan anak-anak Indonesia mendapatkan masa depan yang layak. “Kita tidak ingin ada lagi penikahan anak di negeri ini,” tegas Selvi. “Menikah bukan hanya soal cinta. Ia butuh kesiapan fisik, kedewasaan berpikir, dan tanggung jawab besar,” lanjutnya.

Di tengah angka perkawinan anak yang masih tinggi di wilayah ini, kegiatan tersebut menjadi momentum untuk menyampaikan pesan kuat: masa depan anak-anak harus dilindungi.

Rangkaian kegiatan bermakna kunjungan kerja ini tidak hanya berfokus pada isu penikahan anak, tetapi juga mencakup berbagai agenda edukatif sebagai dukungan terhadap pemberdayaan perempuan dan keluarga.

Agenda berikutnya adalah pelatihan Branding dan Foto Produk UMKM di Rumah BUMN Lombok Timur. melibatkan 75 pelaku usaha perempuan dari berbagai desa. Juga ada sosialisasi Pencegahan Penikahan Anak Usia Dini di RSUP NTB, diikuti pelajar, Forum GenRe, Kader Posyandu, PKK dan perwakilan instansi. Showcase Produk UMKM dan Wastra NTB di NTB Mall – Islamic Center, menampilkan kerajinan tangan, tenun Sasambo, dan mutiara Lombok.

•⁠ ⁠Suara Anak, Cermin Kesadaran

“Kegiatan ini sangat bermanfaat. Saya jadi tahu bahwa menikah di usia dini bisa berdampak buruk bagi masa depan,” ungkap Ardi, siswa salah satu SMP di Kota Mataram.

Komentar Ardi mencerminkan kesadaran baru dari generasi muda bahwa penikahan dini bukan solusi, tetapi justru bisa menghambat pendidikan, kesehatan, dan masa depan mereka.

Kehadiran Forum GenRe NTB memberikan pendekatan yang segar dan sefrekuensi dengan remaja, menjadikan diskusi terasa lebih hidup dan menyentuh realitas mereka. Materi yang disampaikan mencakup dampak pernikahan usia dini terhadap kesehatan reproduksi, psikologis remaja, ekonomi serta hambatan terhadap pendidikan dan masa depan anak.

Para siswa juga diajak berdiskusi secara terbuka mengenai pentingnya menjaga cita-cita dan menyelesaikan pendidikan sebelum memasuki jenjang pernikahan.

•⁠ ⁠Seruan dari Para Ibu Bangsa

Selvi Gibran Rakabuming menyampaikan pentingnya pendidikan dan kesiapan menyeluruh sebelum mengambil keputusan besar seperti pernikahan. “Pendidikan adalah pintu masa depan kalian. Kejar cita-cita setinggi mungkin, lalu pertimbangkan pernikahan saat kalian benar-benar siap — secara fisik, mental, dan ekonomi,” ujarnya.

Pesan tersebut diamini Uni Wihaji yang menegaskan bahwa gerakan pencegahan penikahan anak merupakan bagian penting dari penguatan ketahanan keluarga dan penurunan stunting. “Anak-anak kita punya potensi besar. Jangan biarkan tekanan budaya atau lingkungan merampas masa depan mereka,” tambahnya.

•⁠ ⁠Dukung UMKM, Kuatkan Perempuan

Selain menyuarakan perlindungan anak, kunjungan ini juga menjadi ruang apresiasi terhadap produk lokal dan pelaku UMKM perempuan. Di NTB Mall, Selvi bersama rombongan melihat langsung berbagai produk unggulan — mulai dari tenun tradisional, anyaman, hingga kerang mutiara.

Ia mengajak anggota SERUNI untuk turut membeli dan mempromosikan produk lokal sebagai bentuk dukungan terhadap ekonomi keluarga. “Tenun ini bukan sekadar kain, tapi kisah perjuangan para ibu di desa,” kata Selvi.

Uni Wihaji juga menyampaikan kesannya saat mencoba menenun kain Bima. Ia kagum pada ketekunan dan ketelitian pengerajin, dan berpesan agar kain seperti ini dihargai dengan layak. “Kalau tahu prosesnya, kita nggak akan tega menawar harganya,” ujarnya sambil tersenyum, disambut anggukan haru dari pengerajin.

•⁠ ⁠Komitmen Bersama Menuju NTB Bebas Pernikahan Anak

Kegiatan ini menunjukkan sinergi lintas sektor — dari pusat hingga daerah — yang peduli pada masa depan anak-anak. Dilibatkannya tenaga kesehatan, psikolog, aktivis perlindungan anak, serta peran sekolah dan keluarga memperkuat bahwa mencegah pernikahan anak adalah tanggung jawab bersama.

Ketua TP-PKK NTB, Sinta Agathia Iqbal, menyampaikan bahwa terus berkomitmen melalui berbagai program TP-PKK dan mitra kerja untuk mengedukasi generasi muda dan orang tua agar memahami bahaya pernikahan usia anak. Saat ini Pemprov NTB terus menguatkan edukasi keluarga dan komunitas melalui berbagai program kolaboratif. “Kami berkomitmen untuk terus menggaungkan bahaya pernikahan usia dini, agar tidak terulang di generasi berikutnya,” ujarnya.

•⁠ ⁠Menuju Generasi Emas 2045

Tentu pencegahan pernikahan anak tidak bisa dilakukan sendiri. Remaja perlu memupuk kesadaran dan mendorong agar teman sebayanya juga memperhatikan masa depan. “Setelah dari sini, mari kita sebarkan semangat ini. Kita ingin mencetak generasi Indonesia Emas 2045. Semua harus belajar dengan sungguh-sungguh, menjadi anak-anak yang pintar, tangguh, dan siap menggapai mimpi. Kita wujudkan Indonesia Emas 2045 bersama-sama,” tutup Selvi.

Mereka bukan hanya mendengar—tapi mulai percaya: masa depan tak boleh dikorbankan oleh keputusan yang belum waktunya.