Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Dr. Wihaji, S.Ag, M.Pd, berpesan kepada para pihak, termasuk jajaran pemerintah daerah, agar program Makan Bergizi Gratis (MBG) benar-benar dikawal. “Ini soal masa depan anak-anak kita. Jangan sampai ada keluarga yang butuh tapi luput dari perhatian kita.”
Di tengah upaya nasional menekan angka stunting dan membangun generasi masa depan yang lebih sehat, pesan itu disampaikan menteri Wihaji
saat turun langsung ke Kota Pasuruan, Jawa Timur, untuk meninjau pelaksanaan program MBG bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan balita non-PAUD, Rabu (07/05/2025).
Menurut menteri Wihaji, dengan pendekatan yang langsung menyasar kelompok rentan, MBG bukan sekadar program bantuan, tetapi bagian dari visi besar membangun Indonesia dari keluarga.
Kunjungan dinas menteri Wihaji tersebut diawali dengan peninjauan ke Dapur Umum Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yayasan ODA Masa Depan Utama yang saat ini telah melayani sekitar 3.900 siswa sekolah dasar penerima MBG se-Kota Pasuruan.
Namun kali ini, kata Menteri Wihaji, fokus utamanya adalah memastikan kesiapan perluasan program untuk kelompok paling rentan, yaitu ibu hamil, ibu menyusui, dan balita non-PAUD.
“Semangatnya satu, memastikan amanat Bapak Presiden Prabowo bahwa MBG tak hanya untuk anak sekolah, tetapi mulai sekarang juga menyasar ibu hamil, ibu menyusui, dan balita. Karena mereka juga butuh asupan gizi yang baik sejak dini,” ujar menteri Wihaji.

Didampingi Wali Kota Pasuruan, Adi Wibowo, STP, M.Si, menteri Wihaji menegaskan pentingnya ketepatan sasaran penerima manfaat, terutama keluarga yang tergolong berisiko stunting. Oleh karena itu, pendataan akan dilakukan oleh Tim Pendamping Keluarga (TPK) agar program ini benar-benar menyentuh mereka yang paling membutuhkan.
“Salah satu penyebab stunting adalah kurangnya asupan gizi. Karena itu, Pak Presiden Prabowo dan Wapres Gibran fokus pada pemberian MBG. Ini bagian dari investasi jangka panjang untuk menciptakan generasi unggul di masa depan,” jelas Wihaji.
Penyaluran MBG dilakukan dengan cara yang menyesuaikan kondisi lapangan. Tidak seperti anak sekolah yang berkumpul di satu lokasi, ibu hamil dan ibu menyusui akan menerima MBG secara langsung dari petugas lapangan. Termasuk oleh para Penyuluh KB yang menjangkau penerima manfaat dengan menggunakan motor dinas.
Sebagai bentuk konkret kehadirannya, menteri Wihaji menyerahkan langsung paket makanan bergizi kepada tiga Keluarga Berisiko Stunting (KRS) di Kelurahan Purutrejo, Kecamatan Purworejo. Ketiganya adalah ibu hamil, ibu menyusui, dan keluarga dengan balita non-PAUD.
“Hari ini kita baru uji coba, dari 3,4 juta penerima manfaat, sementara hari ini jumlahnya masih sekitar 20 ribu penerima dari kategori ibu hamil, menyusui, dan balita non-PAUD. Karena itu saya turun langsung untuk memastikan program ini bisa dijalankan dengan serius dan tepat sasaran. Kita step by step koordinasi terus,” tegasnya.
Program ini juga menjadi bagian dari pendekatan integratif Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di daerah, di mana MBG bersinergi dengan layanan keluarga berencana dan edukasi kesehatan lainnya.
