Dipilihnya tanggal 29 Juni sebagai Hari Keluarga Nasional bukan tanpa sebab. Runtut merujuk ke belakang, tanggal 29 Juni merupakan momen penting pada saat pasca Agresi Militer Belanda II. Ketika para pejuang dan masyarakat yang terpisah karena perang akhirnya pulang ke rumah, kembali berkumpul dengan keluarga mereka. Momentum tersebut kemudian diabadikan sebagai simbol pentingnya keutuhan keluarga dalam membangun bangsa. Secara resmi, Hari Keluarga Nasional ditetapkan melalui Keputusan Presiden RI Nomor 39 Tahun 2014.
Hakekatnya, keluarga merupakan unit dasar dalam struktur sosial yang memiliki peran penting dalam kehidupan individu dan masyarakat. Meski berkonsep sederhana, keluarga memiliki makna yang kompleks, mencakup berbagai jenis, fungsi, dan kontribusinya terhadap keseimbangan sosial dan emosional manusia. Dalam keluarga pula, tempat pertama kali mengenal arti sebuah kata, kalimat, hingga nasihat kehidupan. Watak perilaku awal mula seseorang terbentuk. Terbiasa diajarkan berbuat kebaikan, niscaya akan bertumbuh dalam afirmasi kebaikan, begitu pula sebaliknya.
• Kuat Keluarga, Kuat pula Bangsa
“Strong families are critical to the development of strong communities, and strong communities promote and nurture strong families” — John Defrain.
Begitu berharganya nilai keluarga, menjadikan keluarga sebagai fondasi dalam era pembangunan. Bisa dibilang kuat keluarga, kuat pula bangsa. Untuk membangun peradaban yang kuat, harus dimulai dari penguatan keluarga. Keluarga yang berketahanan bisa dicapai apabila keluarga berkumpul, berinteraksi, berdaya, serta peduli dan berbagi. Ada nilai-nilai kearifan yang harus terdapat dalam keluarga untuk membentuk suatu keluarga yang kuat dan tangguh.
Peran besar yang dimiliki oleh keluarga hanya dapat dilakukan oleh keluarga secara optimal, manakala fungsi dalam keluarga dapat berjalan dengan baik. Setidaknya ada 8 fungsi dalam keluarga oleh Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga / BKKBN yang harus dilaksanakan oleh keluarga. Delapan fungsi tersebut yaitu fungsi keagamaan, sosial budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi serta fungsi pembinaan lingkungan.
• Peran Kuat Kemendukbangga/BKKBN
Perlu diketahui, saat ini Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah bertransformasi menjadi Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga). Transformasi ini membawa angin kuat, bahwa peran BKKBN dalam pengelolaan kependudukan dan pembangunan keluarga semakin kuat dan memiliki pengaruh yang lebih besar dalam merumuskan kebijakan nasional.
Untuk mendukung penguatan peran Kemendukbangga/BKKBN di masyarakat, Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Dr. Wihaji, S.Ag, M.Pd, telah meluncurkan lima program unggulan. Kelimanya adalah (1) Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (GENTING), (2) Taman Asuh Sayang Anak (TAMASYA), (3) Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI), (4) Lansia Berdaya (SIDAYA), (5) SuperApps.
Dengan tetap memprioritaskan penggunaan alat kontrasepsi dalam program KB (Keluarga Berencana), kelima program quick wins merupakan strategi ampuh percepatan untuk mencapai target pembangunan keluarga yang berkualitas dengan pendekatan yang lebih efektif. Dengan Quick Wins diharapkan setiap kebijakan yang dijalankan dapat memberikan hasil yang signifikan dalam waktu singkat, tanpa harus menunggu siklus program jangka panjang.

• Momentum Harganas ke-32 – Kirab Bangga Kencana
“Dari Keluarga Untuk Indonesia Maju”, merupakan tema yang diusung dalam peringatan Hari Keluarga Nasional kali ini, yang jatuh pada 29 Juni 2025. Tema tersebut diambil mengingat peran keluarga pada era ini semakin tergerus, tergantikan oleh gawai, dan atau perangkat social modern lainnya. Diharapkan, tema tersebut dapat mengingatkan kembali kepada kita, bahwa keluarga merupakan pilar kuat peradaban dan pembangunan di masyarakat.
Salah satu momentum HARGANAS ke-32, ditandai dengan banyaknya kendaraan bermotor yang dikemudikan oleh pengelola Program Lini Lapangan Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional yang melewati ujung desa di berbagai daerah di Indonesia, Kirab Bangga Kencana 2025.
Salah satu lokasi awal Kirab Bangga Kencana adalah Pulau Jawa. Kirab Bangga Kencana 2025 dimulai dari Kota Situbondo di Jawa Timur, bergerak masif melewati Kabupaten Ngawi, dan bergerak secara estafet di Kabupaten Klaten, Prambanan, Kota Pekalongan di Jawa Tengah, selanjutnya merapat menuju ke DKI Jakarta, setelah sebelumnya menyentuh Kota Depok sebagai representasi dari Provinsi Jawa Barat. Rangkaian Kirab Bangga Kencana Regional Jawa dimulai sejak tanggal 23 Juni 2025, dan berakhir pada 26 Juni 2025.
Dengan ratusan personel Kemendukbangga/BKKBN dari tiap Perwakilan BKKBN Provinsi, kendaraan yang mengangkut peserta kirab membawa misi utama untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, penguatan peran keluarga, komitmen pemerintah daerah, dan kerja sama dengan mitra dalam Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, Keluarga Berencana (Bangga Kencana), serta memperkuat program Quick Wins Kemendukbangga/BKKBN.

Titik Temu Kirab Bangga Kencana 2025
Sosialisasi kelima quick wins diejawantahkan dalam perlambang lima buah pataka yang dikirab melintas Pulau Jawa. Kabupaten Klaten dan Kota Pekalongan, dua kabupaten/kota yang terpilih untuk menjadi homebase Kirab Bangga Kencana 2025 Regional Jawa melaksanakan berbagai kegiatan pelayanan program Bangga Kencana dan program Quick Wins Kemendukbangga/BKKBN.
Tidak hanya terletak di wilayah strategis titik perbatasan antara DIY – Jawa Tengah serta titik tengah Jawa Tengah – Jawa Barat, capaian Program Bangga Kencana di kedua wilayah ini cukup signifikan.
Berdasarkan data pemutakhiran Pendataan Keluarga 2024 (PK-24), kepesertaan KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjamg (MKJP) Provinsi Jawa Tengah 29,2% dari target 28,2%. Sedangkan di Kabupaten Klaten prevalensi kepesertaan KB MKJP terdapat pada angka 37,0% dan di Kota Pekalongan pada angka 26,4%. Selain itu, Indeks Pembangunan Keluarga di Provinsi Jawa Tengah mencapai 63,9, di Kabupaten Klaten 66,13 dan Kota Pekalongan pada nilai 65,4.
Di titik Kabupaten Klaten dan Kota Pekalongan, dilaksanakan pula implementasi program TAMASYA di Tempat Penitipan Anak (TPA) Baiturrahman Klaten, dengan k3giatan “Mari Mendongeng Bersama. Sedangkan di Kota Pekalongan, dilaksanakan senam untuk Lansia Berdaya, dengan pengharapan lansia masa kini adalah lansia yang tangguh dan berdaya. Selain itu juga dilaksanakan Pelayanan KB Serentak, dalam rangka HARGANAS ke-32.
Momentum Hari Keluarga Nasional ke-32, merupakan tonggak bersama pengingat kita terhadap arti pentingnya sebuah keluarga. Hal ini harus menjadi telaah khusus dan berkesinambungan, mengingat saat ini Bangsa Indonesia tengah menikmati Bonus Demografi, yang secara sederhana diartikan bahwa jumlah usia penduduk produktif lebih banyak daripasa usia non produktif.
Kesempatan emas ini, tidak boleh disiakan. Manfaatkan dengan maksimal potensi yang ada, serta merencanakan kesiapan sumber daya manusia terhadap pembangunan selanjutnya.
Keseluruhan, momentum HARGANAS merupakan momentum yang istimewa. Momentum Harganas harus digunakan sebagai ajang sosialisasi dan optimalisasi fungsi keluarga di Indonesia. Dari Keluarga Untuk Indonesia Maju.