Previous slide
Next slide

Konsep Baru Dari Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga kepada PKB se Jawa Tengah

Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Dr. H. Wihaji, S.Ag, M.Pd, kembali berkunjung ke Jawa Tengah. Tepatnya ke Kota Pekalongan. Agendanya, menghadiri kegiatan evaluasi pengelola program Bangga Kencana tingkat provinsi Jawa Tengah tahun 2024.

Evaluasi itu mempertemukan Menteri dan para PKB (Penyuluh Keluarga Berencana). Tidak sebatas membahas bagaimana proses pelaksanaan program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, Keluarga Berencana (Bangga Kencana) telah berlangsung. Lebih dari itu, adalah perihal gagasan ke depan serta bagaimana arah pembangunan keluarga dan kependudukan akan dilakukan.

Konsep FBH (Flower, Bee and Honey), menurut Wihaji, adalah konsep yang saat ini paling tepat dan adaptif untuk dilakukan. Dengan konsep FBH, pesan–pesan yang harus diterima oleh masyarakat disampaikan dengan cara yang lebih efektif dan tepat sampai pada sasaran.

“Konsep FBH Flower, Bee and Honey diibaratkan keluarga besar kita ini adalah flower, harapannya menjadi bunga. Masyarakat dianggap lebah, harapannya yang kita layani tertarik dengan bunga dan merasa senang. Kalau senang akan terlahir honey atau madu, yaitu gold generation. Untuk mencetak madu, bunga harus berkembang,” papar Wihaji.

Filosofi yang mengedepankan keterikatan ini diharapkan mampu menjadi jawaban dan solusi dari sekian banyak hal yang telah dimiliki BKKBN. Wihaji melihat jika BKKBN saat ini telah memiliki banyak data, dan perlu dioptimalkan pada pemanfaatan data tersebut.

Maka, ke depan ia ingin mendorong agar data yang dimiliki, permasalahan yang sudah terdata, agar bisa diatasi dengan tepat, cepat, dan tidak buntu pada penanganan secara seremonial saja.

“Mari, bikin pola baru dalam konteks sosialisasi, pemberdayaan, advokasi, edukasi,” ajak Wihaji kepada para penyuluh KB se Jawa Tengah, Rabu (13/11/2024).

Stunting dan Kependudukan

Demi menyiapkan sumber daya manusia unggul, generasi emas, maka stunting harus dicegah dan ditangani. Dalam artian dicegah dengan edukasi, asupan gizi, dan pola asuh yang baik.

“Gerakan orang tua asuh cegah stunting satu juta anak di Indonesia (dihadirkan). Ini karena negara tidak bisa mengcover seluruh problem masyarakat. Karena itu butuh orang tua asuh, ‘by data’ setiap orang menangani berapa anak untuk memberikan fasilits yang memadai. Sanitasi dan makanan bergizi, sampai permasalahan stunting hilang,” ungkapnya.

Upaya yang tepat sasaran akan berdampak pada hasil yang signifikan. Penanganan spesifik satu orang tua asuh untuk satu anak, dinilai lebih berkualitas dibanding dengan hanya memberikan bantuan telur untuk 10 anak. Penekanan kualitas dibandingkan kuantitas menjadi ide dari gerakan tersebut.

“Kita menolong banyak orang. Diharapkan dari banyak orang salah satu orangnya bermanfaat. Rakyat sekarang butuh program yang konkrit,” tegas Wihaji.

Dalam hal kependudukan, ia menyampaikan kondisi kependudukan saat ini, di antaranya tentang menaiknya fenomena ‘childfree’. Termasuk akar masalah kependudukan yang menurutnya adalah ekonomi.

“Fenomena hari ini childfree di beberapa kota di Indonesia ini sudah ada. Ini salah satu indikatornya adalah kebahagiaan. Karena terlalu memikirkan nanti anaknya dikasih makan apa, ditinggal kerja siapa yang mengurus, dan sebagainya,” ungkapnya menjelaskan.

Kekhawatiran masyarakat tentang masa depan, ekonomi dan kehidupannya, maka perlahan negara harus hadir untuk memberi ruang nyaman dan menekan kekhawatiran tersebut. Di antaranya melalui pengentasan stunting.

Penanganan stunting akan menciptakan gold generation. Generasi ini diyakini mampu menjadi daya ungkit bagi bangsa Indonesia di mata dunia, juga kesejahteraan masyarakat di dalamnya. Termasuk mengatasi persoalan childfree.

Open chat
BE Radio Indonesia
Selamat datang di layanan Whatsapp Interaktif BE Radio Indonesia! ada yang bisa kami bantu?