Pagi itu matahari belum genap beranjak dari peraduannya. Namun, sekumpulan siswa sebuah sekolah tampak sibuk menata halaman sekolah, seolah memberitahu akan adanya kegiatan akbar yang melibatkan banyak siswa.
Di Jumat (01/11/2024), pagi itu, sekolah tersebut ternyata punya ‘gawe’, yang boleh jadi jarang terjadi. Karena itu, begitu tinggi antusiasme para siswa, sejak pagi hingga matahari di ujung ubun-ubun kepala.
SMAN 58, Ciracas, Jakarta Timur, adalah lokus kegiatan. Kegiatan ini digelar BKKBN RI, berkolaborasi dengan RJTV. Mengangkat tema “Promosi dan KIE Pencegahan
Stunting melalui Variety Show Adu Kelas bersama RTV”. Sebuah kegiatan yang mengangkat keseruan
aktivitas anak SMP atau SMA dalam berkompetisi Games Gizi Go.
Kala diterima di ruang kerjanya, Kepala SMAN 58 tampak begitu sumringah. Dengan wajah berbinar, ia menerima kehadiran pewarta. “Kami apresiasi dan bersyukur telah memilih lokasi sekolah kami sebagai tempat kegiatan,” ujar Diah Kurniawaty, MM, yang sudah mengabdi sekitar dua tahun sebagai kepala sekolah.
Meski diriuhkan oleh banyak kegiatan dan games sepanjang setengah hari itu, Diah menilai sangat positif kegiatan yang digelar BKKBN ini. “Kami sangat mendukung karena kegiatan ini bisa menyalurkan energi positif anak-anak. Supaya mereka tidak terlibat ke hal-hal yang negatif, yang sekarang sedang marak di kalangan remaja, tawuran, bullying, kekerasan sampai ke pornografi.”
Berbagai kegiatan yang digelar memang mengarah pada upaya BKKBN membangun semangat kebersamaan, semangat sportivitas. Sekaligus membekali para siswa dengan pengetahuan tentang kependudukan, kesehatan reproduksi, lingkungan hidup dan kesejahteraan keluarga. Ini dilakukan di antaranya melalui games yang dibuat BKKBN.
“Banyak siswa di sini berasal dari keluarga menengah ke bawah. Tepat bila diberikan penyuluhan tentang kesejahteraan keluarga,” ujar Diah yang berharap adanya kesinambungan kemitraan ke depan dengan BKKBN.
Salah satu ketertarikan Diah adalah menghadirkan Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R) di sekolah tersebut. Dia berharap kehadiran PIK-R yang diampu BKKBN bisa menjadi solusi dalam mengantisipasi dampak negatif pergaulan remaja saat ini.
Kehadiran PIK-R di SMAN 58 Jakarta tampaknya menjadi sebuah kebutuhkan. Setidaknya itu juga tersirat dari pernyataan Guru Bimbingan Konseling SMAN 58, Amalia Fitriani, S.Pd. “Persoalan keluarga cukup mendominasi. Ini kami ketahui dari konsultasi yang mereka lakukan ke kami.”
Persoalan keluarga, dari berbagai literatur, memang sangat mempengaruhi konsentrasi siswa dalam proses pembelajaran. Ini karena mereka ikut terbawa memikirkan masalah keluarganya. “Mengambil sebagian besar konsentrasi siswa,” tandas Amalia, yang prihatin dengan kondisi tersebut.
Persoalan yang ditemukan adalah kondisi perekonomian keluarga yang kurang baik, orangtua yang berpisah. Tanpa disadari mereka diajak berpikir tentang masa depan keluarganya, yang seharusnya tidak perlu dilakukan. “Mereka harusnya berpikir tentang belajar saja,. Tidak terpecah pikirannya,” terangnya.
Maka, ketika program BKKBN hadir di sekolah tersebut, sebagian besar siswa menyambutnya penuh riang. Salah satunya Dirah Angelina Purniawan (19 tahun). Siswa Klas 12 berparas ayu yang hidup bersama ayahnya seorang, karena ibu tercinta telah berpulang, ini memberanikan diri mengikuti games melalui aplikasi Gizi Go yang diproduksi BKKBN.
Ia bersama seorang rekan dalam satu tim berhasil meraih Juara 1 lomba tersebut. “Games ini cukup menarik dan menantang , di mana saya mencari makanan makanan yang sehat dan menghindari makanan yang tidak sehat. Ada juga pilihan susu, telur. Dinilai melalui score yang saya peroleh,” urai Dirah.
Games ini muncul dari sebuah tanya di jajaran Direktorat KIE BKKBN RI. “Gimana caranya remaja biar sehat, biar milih-milih makanan yang bergizi tapi dengan cara yang menyenangkan. Maka, kita buat aplikasinya. Namanya Gizi Go. Di dalamnya ada permainan memilih makanan makanan yang sehat dan menghindari makanan yang tidak sehat,” jelas Dulyapika dari Direktorat KIE BKKBN.
Melalui games tersebut, BKKBN ingin menyampaikan pesan kepada para siswa, khususnya siswa perempuan, agar jangan asal makan, tetapi pilihlah makanan yang sehat. Agar mereka tetap sehat dan kelak tidak melahirkan anak stunting.
Tentang stunting, menurut Dirah, pihak sekolah sangat peduli. “Setiap hari Rabu, siswa perempuan kelas 10-12 diwajibkan minum tablet tambah darah agar tidak anemia. Karena setiap bulan kami menstruasi,” ujar Dirah penuh senyum.