Previous slide
Next slide

Di Depan 500 Mahasiswa Baru, BKKBN Aceh Ingatkan Pentingnya Cegah Anemia dan Stunting

Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Aceh, Safrina Salim, memberikan kuliah perdana kepada sekitar 500 mahasiswa baru Universitas Teuku Umar (UTU), Kamis (22/8/2024), di Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat.

Kegiatan dibuka oleh Rektor UTU, Prof. Dr. Ishak, M.Si dan dihadiri anggota Ombudsman RI, Datang S. Suharmawijaya, dan Kepala Ombudsman RI Perwakilan Provinsi Aceh, Dian Rubianty.

Dalam sambutanya, Rektor menyatakan kehadiran BKKBN dan Ombusmen telah memberi warna baru dalam pendidikan berkarakter dan bagaimana keberlangsungan kehidupan anak bangsa dengan pola hidup sehat.

“Apa yang nanti disampaikan ini langkah awal bagi anak-anak kami di dalam menata kehidupannya di masa akan datang. Sehingga anak-anak kami tidak menjadi penonton di negerinya sendiri, sebab mereka berkualitas, berkarakter, sehat, dan berdaya saing tinggi. Mereka adalah pemimpin masa depan Aceh dan Indonesia akan datang,” ucap Rektor.

Kepala Perwakilan BKKBN Aceh, Safrina Salim, telah dua kali memberi kuliah umum terkait program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dan Percepatan Penurunan Stunting di universitas jantung hati masyarakat Aceh Barat Ini.

Pada lawatan keduanya, Safrina memberi materi berjudul “Menuju Generasi Emas Indonesia 2045 Melalui Pencegahan Anemia dan Stunting”.

Kaper menjelaskan, pada 2045 Indonesia diprediksi akan mendapatkan bonus demografi yaitu jumlah penduduk Indonesia diproyeksi 70% nya dalam usia produktif 15 hingga 64 tahun. Sisanya 30% merupakan penduduk tidak produktif dengan usia 14 tahun ke bawah dan lansia.

Ia menyebutkan jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 278.696,2 juta jiwa, dengan rincian laki-laki 140.786,8 juta jiwa dan perempuan 137.909,4 juta jiwa. Sementara jumlah penduduk Aceh 5.459,8 juta jiwa, laki-laki 2.728,2 juta jiwa dan perempuan 2.731,6 juta jiwa (data Siperindu).

“Visi Indonesia Emas 2045 menjadi negara Nusantara yang berdaulat, maju, dan berkelanjutan. Guna mewujudkan visi tersebut, saya mengajak adik-adik mahasiswa UTU untuk peduli stunting. Kenapa kita harus peduli? Karena stunting tudak saja menggrogoti kesehatan tetapi juga kecerdasan,” tutur Safrina.

Selanjutnya ia memaparkan peran BKKBN di dalam mempersiapkan generasi emas Indonesia dan Aceh khususnya melalui pencegahan anemia dan stunting. Sebab, kata Safrina, generasi emas adalah generasi sehat, berkualitas, berkarakter, dan berdaya saing tinggi.

“Salah satu penyebab stunting adalah kurangnya asupan gizi pada ibu selama hamil. Untuk itu, perlu terus dilakukan edukasi gizi dan anemia kepada para remaja putri khususnya. Sebab anemia akan memberikan dampak penurunan kekebalan tubuh, juga menurunnya konsentrasi, prestasi belajar, kebugaran, dan produktivitas,” paparnya.

Safrina menyebutkan usia remaja 15 hingga 24 tahun yang mengalami anemia sebesar 32% dan usia lima hingga 14 tahun sebesar 26%. “Dengan melakukan pencegahan anemia, kita telah melakukan upaya pencegahan stunting,” imbuhnya.

Anggota Ombudsman RI, Datang S. Suharmawijaya yang menyampaikan Materi berjudul “Mengawal Layanan Publik Berkualitas Mencetak Generasi Berintegritas”, menegaskan bahwa untuk mencetak generasi emas perlu diperhatikan kualitas pendidikan dan kesehatan. Pendidikan, kata Dadang, tugasnya Ombudsman, sedangkan kesehatan BKKBN.

“Kita mempersiapkan mahasiswa UTU ‘adaptive behavior’. Menyiapkan salah satunya cari titik terlemah dari rantai kita dan letaknya rantai terpenting adalah di pendidikan dan kesehatan. Pendidikan menjadi rantai yang harus diperkuat Ombudsman dan BKKBN menguatkan kesehatan,” kata Dadang.

Dadang mengatakan, pintar terdidik dan ‘souver’nya bagus, tetapi kalau kesehatannya lemah, tidak bagus juga. “Investasi terbaik kita di sini. Kita ingin mendorong kedua ini menjadi sesuatu yang baik. Sehingga remaja mampu menghadapi tantangan,” ujarnya.

Lanjut Dadang, orangtua harus hebat di dalam mendidik anak dan memberi teladan yang baik bagi anak. Ia memisalkan saat orangtua mengajak sholat bukan dengan memerintah, tetapi dengan ajakan melakukannya bersama.

Terkait tantangan, Dadang mengatakan, anak-anak harus dididik sesuai dengan zamannya. “Kita tidak bisa memprediksi masa anak-anak kita ke depannya gimana. Masa depan kita tidak sama nanti yang dihadapi anak-anak masa kini. Jadi, didiklah anak sesuai zamannya,” kata Dadang.

Selanjutnya yang perlu diperhatikan pendidikan tertinggi anak adalah pendidikan karakter. Pendidikan karakter, kata Dadang, tidak didapatkan di sekolah maupun kampus. Tetapi pendidikan karakter didapatkan di rumah dan gurunya adalah orangtua.

“Keahlian dan pengetahuan bagian terkecil dari pendidikan, tertinggi sebenarnya karakter kita sebagai manusia. Akhlak kita yang terpenting dalam pendidikan. Pengetahuan gampang diajarkan, ‘attitude’ susah diajarkan,” pungkasnya.

Di akhir kuliah perdana, Kepala Perwakilan BKKBN Aceh di bantu Forum Generasi Berencana (GenRe) Aceh memberi hadiah menarik kepada sembilan mahasiswa yang berhasil menjawab dengan benar pertanyaan dari Duta GenRe Aceh Tahun 2023, Muhammad Dzaky Raihan dan dibantu Duta GenRe Aceh Barat.

Open chat
BE Radio Indonesia
Selamat datang di layanan Whatsapp Interaktif BE Radio Indonesia! ada yang bisa kami bantu?