Previous slide
Next slide

Sasar Pesantren, 2500 Jamaah Ikuti Sosialisasi Pencegahan Stunting dari Dokter Hasto

BKKBN melakukan pendekatan religi dalam sosialisasi pencegahan dan percepatan penurunan stunting di masyarakat. Terkhusus di Kabupaten Banyumas, tepatnya Minggu (19/05/2024), di Pondok Pesantren Biroyatul Huda, Batuanten. Kepada lebih dari 2500 jamaah disosialisasikan tentang apa itu stunting beserta pencegahan dan penanganannya.

Bertajuk Haul Sayyidatina Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah SAW, Asroru Maula atau yang lebih akrab disapa Gus Acong selaku pengasuh pondok pesantren tersebut menjelaskan bahwasanya pencegahan stunting dengan sosok Fatimah Az zahra, putri Rasululah SAW ini sangatlah berkaitan.

Menurutnya, melalui sosok perempuan yang kelak menjadi ibu inilah peran-peran pendidikan, pengasuhan anak berlangsung dan menjadi awal mula terbentuknya manusia yang berkualitas.

Maka, momentum memperingati Haul Sayyidatina Fatimah Az-Zahra ini kemudian disisipi dengan sosialisasi percepatan penurunan stunting, yang disampaikan langsung oleh Kepala BKKBN, dokter Hasto.

“Perempuan memiliki andil besar dalam keluarga. Perempuan juga yang paling dekat dengan anak-anak. Perempuan jadi penentu sukses tidaknya regenerasi dalam keluarga. Maka, sudah sepatutnya perempuan mempunyai pengetahuan yang cukup, termasuk dalam hal pencegahan stunting,” kata dokter Hasto, mengawali paparannya.

Didampingi Ketua MUI Kabupaten Banyumas, KH. Drs. Taefur Arofat, M.Pdi, dokter Hasto memaparkan bagaimana stunting bisa dicegah dengan menghindari 4Terlalu. Terlalu muda untuk menikah, Terlalu dekat jarak kelahiran, terlalu banyak memiliki anak, dan Terlalu tua untuk melahirkan. Sesuai anjuran BKKBN, usia minimal pernikahan bagi laki-laki adalah 25 tahun. Dan perempuan minimal di usia 21 tahun.

Lebih lanjut, kepada 2500 jamaah ibu – ibu Majelis Dzikir Raudhatul Kaitsar Kabupaten Banyumas, dokter Hasto mengajak untuk optimis menyambut generasi emas Indonesia di tahun 2045. Melalui generasi emas ini, kelak Indonesia akan menjadi negara maju, dengan rata-rata masyarakatnya berada di usia produktif.

“Menyambut Indonesia Emas, SDM Indonesia harus berkualitas. Oleh karena itu, pencegahan stunting harus dilakukan dan menjadi sangat penting,” tegasnya.

Pentingnya mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam menyambut Generasi Emas di tahun 2045 harus dimulai sedari awal. Melalui teladan putri Rasulullah SAW, dalam bagaimana Fathimah memberikan pengasuhan pada anak-anaknya, kemudian bagaimana menjaga kebersihan jiwa dan raga selama merawat anak-anak, termasuk dalam hal menyiapkan makanan bergizi.

Sosialisasi pencegahan stunting terus dilakukan BKKBN tidak hanya di Jawa Tengah saja. Termasuk dalam hal metode pendekatan. Kali ini melalui pesantren dan Majlis Dzikir Raudhatul Kaistar. Sosialisasi terus dilakukan dengan masif dan terukur.

Rowiyah (55 tahun), bersama ibu-ibu majlis dzikir lainnya menggunakan mobil bak terbuka berangkat dari rumahnya di Ajibarang. Ia bercerita bahwa ini bukan pengalaman pertamanya mengikuti pengajian di pondok pesantren Biroyatul Huda. Tahun sebelumnya ia juga mengikuti kajian ini beserta ribuan jamaah lainya dari lintas kecamatan di Kabupaten Banyumas.

“Pengajian kali ini ada sosialisasi stuntingnya, saya jadi tahu banyak setelah diberi penjelasan oleh dokter Hasto. Jadi saya bisa teruskan ke anak dan menantu saya yang sedang hamil di rumah,” ungkap Rowiyah dengan wajah tersenyum-senyum.

Selain menyampaikan visi besar Indonesia dengan generasi emas di tahun 2045. Dokter Hasto disertai interaksi aktif dengan jamaah memaparkan hal-hal praktis dalam melakukan pencegahan stunting. Mulai dari minum tablet tambah darah bagi remaja putri, makan makanan mengandung protein tinggi seperti telur dan ikan lele. Juga perihal pentingnya pola asuh yang kelak sangat berpengaruh pada perkembangan otak anak.*

Open chat
BE Radio Indonesia
Selamat datang di layanan Whatsapp Interaktif BE Radio Indonesia! ada yang bisa kami bantu?