Mengambil tema yang berkaitan dengan penduduk lanjut usia (lansia) dalam keluarga, Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) mengadakan Perayaan Paskah Bersama tahun 2025 dengan OPI (Organisasi Pensiunan Instansi) Kementerian/Lembaga, dengan harapan lansia tetap menjadi manusia-manusia sehat dan produktif sehingga tetap berguna bagi keluarga dan sesama.
Tema yang diusung dalam perayaan paskah kali ini berkaitan erat dengan program ‘quick wins’ Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN.
Di tengah perayaan Paskah yang penuh limpahan Kasih Allah, Ketua Umum PB (Pengurus Besar) PWRI, Prapto Hadi, mengemukakan bahwa acara perayaan Paskah 2025 yang berlangsung Kamis (15/5/2024), di Jakarta, mengangkat tema “Damai Sejahtera Kristus Di Tengah Keluarga”, dengan Sub tema “Lansia Ada dan Berguna, Membawa Terang, Kasih dalam Keluarga serta Sesama”.
Prapto Hadi mengatakan, saat ini jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia sekitar 12 juta jiwa. Jumlah ini akan bertambah menjadi 60 juta jiwa di periode Indonesia Emas tahun 2045 dari total jumlah penduduk saat itu diproyeksikan sekitar 318 juta jiwa. Sayangnya, saat ini baru 7 persen lansia siap memasuki masa pensiun.
Jumlah lansia yang terbilang cukup besar ini, menurut Prapto Hadi, merupakan potensi yang bisa dimanfaatkan untuk membangun bangsa dan negara. Mengambil contoh para pensiunan Aparatur Sipil Negara (ASN), Prapto Hadi mengatakan, “Mereka memiliki pendidikan yang baik, banyak yang bergelar sarjana, pengalaman yang panjang. Sehingga tetap bisa berkontribusi terhadap bangsa dari segala sisi kehidupan.”
Selain dalam bidang sosial, budaya hingga ekonomi, sumbangan yang bisa diberikan oleh lansia adalah membina generasi muda agar kelak menjadi lansia sehat, segar dan sejahtera.
“Dinamika global dewasa ini kurang kondusif. Begitu pula lingkungan alam, sosial dan ekonomi. Untuk itu, kehadiran lansia tetap dibutuhkan di era sekarang dan ke depan,” jelas Prapto Hadi.

Pada bagian lain penjelasannya, Prapto Hadi menyambut baik kehadiran Koperasi Merah Putih yang kelahirannya dilandasi Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2025. Ini adalah program strategis nasional di mana pemerintah akan membentuk 80.000 koperasi desa/kelurahan Merah Putih di seluruh Indonesia.
Kehadiran koperasi ini bertujuan di antaranya menjadikan desa sebagai pilar pembangunan ekonomi menuju Indonesia Emas 2045. “Untuk itu, kerjasama PWRI dengan berbagai pihak dan Kementerian/Lembaga (K/L) sangat penting. Termasuk dengan Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN,” urai Prapto Hadi yang telah memprogramkan rencana kerjasama tersebut ke depan.
Beberapa program yang bisa disinergikan dengan Kemendukbangga/BKKBN, disebut Prapto Hadi, adalah Lansia Berdaya (Sidaya) yang dikembangkan Kemendukbangga/BKKBN. Sidaya merupakan satu dari lima program quick wins Kemendukbangga/BKKBN.
Selain Sidaya, empat program quick wins Kemendukbangga/BKKBN lainnya adalah Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting), Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI), Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya), dan AI SuperApp berbasis Keluarga.
Sinergitas lain yang bisa dikembangkan di antara PWRI dan Kemendukbangga/BKKBN adalah kegiatan ekonomi produktif keluarga. Di sini, Kemendukbangga/BKKBN memiliki satu entitas bernama kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA). Pelatihan-pelatihan keterampilan berusaha yang dikembangkan oleh PWRI bisa bersinergi dengan kelompok tersebut.
Sejauh ini, PWRI telah memanfaatkan 8 Dimensi Lansia Tangguh yang dikembangkan Kemendukbangga/BKKBN ke dalam salah satu materi Sekolah Lansia yang dikembangkan PWRI.
“Dengan adanya bantuan pemerintah ke desa yang cukup besar, dan koperasi akan dihidupkan, kami usul pembangunan di desa agar ditingkatkan dengan program industri hilirisasi,” ujar Prapto Hadi, seraya berharap para lansia bisa mendukung dan mengambil bagian penting dalam pembangunan di pedesaan. Sehingga generasi muda di pedesaan tidak keluar desa mencari kerja di kota.

Di antaranya, penyuluh di desa bisa diambil dari tenaga pensiunan. Karena pensiunan masih bisa menjadi kekuatan luar biasa untuk membangun bangsa ini, di mana sebagian besar mereka (ASN) adalah sarjana.
“Umur itu hanya statistik. Umur bukan menjadi halangan untuk tetap berkarya. Jadi, jangan lihat umur. Lansia harus menjadi aset pembangunan. Sebagai aset pembangunan, maka layak mereka mendapat layanan yang optimal,” ujar Prof. Dr. Bungaran Saragih Garingging, mantan Menteri Pertanian, yang hadir di acara tersebut.
Ia juga mengingatkan agar para lansia jangan banyak mengeluh tetapi tetap optimis dan berpikiran positif. Sehingga mereka tetap produktif di usia lansia. “Sudah mempersiapkan diri menjelang pensiun, sehingga siap menghadapi masa pensiun, dan terus berkarya,” ujar Bungaran.
Hal yang sama juga disampaikan Djoko Sidik Pramono, pengurus PWRI lainnya, yang menilai program Kemendukbangga/BKKBN sangat strategis bagi pembangunan nasional ke depan. Karena, katanya, dengan jumlah anak yang direncanakan maka keluarga akan lebih mudah merancang masa depan keluarga dan anak-anaknya.
Djoko Sidik masih ingat saat menjadi Direktur Jenderal Transmigrasi. “Transmigran yang memiliki anak sedikit akan lebih mudah mendidik anak-anaknya dengan dukungan lahan yang ada dari pada transmigran dengan banyak anak, karena luas lahan yang digarap tidak berubah,” ujarnya mencontohkan.
Untuk itu, baik Prapto Hadi, Bungaran, Djoko Sidik maupun Josh Sudiro yang juga hadir sebagai pengurus PWRI, menilai program Kemendukbangga/BKKBN harus masuk ke semua sektor pembangunan. Karena program yang dikembangkan kementerian tersebut sangat strategis dalam membangun keluarga, bangsa dan negara ke depan.
Dalam laporannya, Ketua Panitia Paskah 2025 PWRI,
Pos Hutabarat, mengatakan perayaan Paskah bersama ini diikuti 145 umat kristiani dari 21 Organisasi Pensiunan Instansi yang berasal dari kementerian dan lembaga.
Menandai kasih dalam perayaan Paskah tahun ini, panitia juga beranjangsana ke Rumah Lansia Atmabrata di kawasan Cilincing, Jakarta Utara. Mereka memberikan bantuan kasih kepada para lansia di sana.
