Wamen Isyana kepada 350 Mahasiswa UNP: Generasi Unggul Dimulai dari Keluarga

Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Wakil Kepala BKKBN, Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka, menegaskan bahwa masa depan Indonesia menuju Indonesia Emas 2045 ditentukan oleh dua hal: keluarga yang tangguh dan generasi muda yang unggul.

Menurutnya, pembangunan manusia tidak bisa dilepaskan dari pembangunan keluarga sebagai fondasi utama bangsa.

Dalam suasana hangat dan penuh antusias, Wamen Isyana mengatakan hal itu didampingi jajaran Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN saat menerima kunjungan 350 mahasiswa dan dosen Universitas Negeri Padang (UNP) di kantor Kemendukbangga/BKKBN, Jakarta, Selasa (11/11/2025).

Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dan kuliah umum ini menjadi ruang dialog terbuka antara mahasiswa dan pemerintah mengenai arah kebijakan pembangunan keluarga di tengah dinamika kependudukan nasional.

Dalam paparan dan Kuliah Umum, Wamen Isyana menjelaskan bahwa saat ini, angka kelahiran nasional berada di kisaran 2,11 anak per perempuan, mendekati tingkat ideal untuk menjaga keseimbangan populasi. “Tantangan kita bukan lagi sekadar jumlah penduduk, melainkan bagaimana menjadikan mereka sehat, terdidik, dan produktif,” ujarnya.

Namun di balik peluang besar bonus demografi ini, Indonesia juga menghadapi tantangan nyata seperti urbanisasi cepat, ketimpangan kesejahteraan antarwilayah, dan meningkatnya jumlah penduduk lansia.

“Inilah saatnya kita membangun sistem sosial dan kebijakan keluarga yang kuat agar setiap siklus kehidupan dari anak, remaja, orang tua hingga lansia dapat tumbuh dan berdaya,” jelas Wamen Isyana.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Kemendukbangga/BKKBN menyiapkan program prioritas yang langsung menyentuh kebutuhan keluarga. Program pertama, Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (GENTING), memperkuat intervensi keluarga berisiko stunting berbasis data.

Program kedua, Taman Asuh Sayang Anak (TAMASYA), menyediakan layanan pengasuhan anak (daycare) agar perempuan dapat bekerja tanpa meninggalkan peran keluarga. Program ketiga, Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI), memperkuat peran ayah dalam pengasuhan dan ketahanan keluarga. Program keempat, SIDAYA (Lansia Berdaya), mendorong pemberdayaan lansia agar tetap produktif dan menjadi bagian dari bonus demografi ekonomi.

Selain itu, Kemendukbangga/BKKBN juga tengah menyiapkan Super Apps Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, sebuah platform digital terpadu yang akan mempercepat layanan, pemantauan, dan pengambilan kebijakan berbasis data keluarga.

“Transformasi digital ini menjadi tulang punggung perencanaan pembangunan keluarga di seluruh Indonesia,” ujar Wamen Isyana.

Lebih lanjut, Wamen Isyana menjelaskan bahwa arah kebijakan Kemendukbangga/BKKBN sejalan dengan Asta Cita Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, khususnya Asta Cita ke-4 tentang peningkatan kualitas sumber daya manusia dan Asta Cita ke-6 tentang pemerataan pembangunan dari desa untuk keadilan sosial.

Sebagai penjabaran dari kebijakan tersebut, Kemendukbangga/BKKBN juga memperkuat implementasi GDPK (Grand Design Pembangunan Kependudukan) di tingkat nasional dan daerah. Melalui GDPK, isu kependudukan diintegrasikan ke dalam perencanaan pembangunan, mulai dari tingkat pusat hingga kabupaten dan kota.

“Dengan GDPK, kita ingin memastikan setiap daerah memiliki arah yang jelas dalam membangun penduduk, agar kebijakan kependudukan benar-benar menjadi dasar pembangunan manusia Indonesia,” ujar Wamen Isyana.

•⁠ ⁠Mahasiswa Motor Perubahan

Dalam sesi dialog, Wamen Isyana juga menekankan pentingnya peran generasi muda sebagai bagian dari siklus pembangunan keluarga. Menurutnya, mahasiswa adalah motor perubahan yang menentukan arah masa depan bangsa.

“Bonus demografi tidak akan bermakna jika generasinya tidak siap. Bekalilah diri kalian dengan ilmu, empati, dan semangat kolaborasi,” pesan Wamen Isyana yang disambut tepuk tangan para mahasiswa.

Menutup paparannya, Wamen Isyana kembali menegaskan bahwa pembangunan keluarga harus menjadi jantung dari setiap strategi pembangunan nasional.

“Bonus demografi bukan sekadar angka statistik, tetapi kesempatan sejarah untuk memperkuat keluarga Indonesia. Jika keluarga kuat, bangsa pun tangguh,” tutupnya.

Kegiatan ini disambut positif pihak kampus. Kepala Departemen Ilmu Administrasi Negara FIS UNP, Dr. Rahmadani Yusran, menyampaikan apresiasi atas kesempatan belajar langsung di Kemendukbangga/BKKBN.

“Kunjungan ini memberi pengalaman berharga bagi mahasiswa untuk memahami bahwa isu kependudukan bukan hanya angka, tetapi juga kebijakan dan nilai kemanusiaan,” ujarnya.