Ayah Hadir, Keluarga Tangguh: Kemendukbangga/BKKBN Ajak Orang Tua Bicara Cinta Tanpa Gengsi di Hari Ayah Nasional

Dalam rangka memperingati Hari Ayah Nasional, Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/ BKKBN kembali menggelar webinar Kelas Bersahaja bertema “Ayah Hadir, Keluarga Tangguh: Bicara Cinta Tanpa Gengsi atau Canggung”, yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube Kemendukbangga_BKKBN, Rabu (12/11/2025).

Kegiatan ini menjadi ruang hangat bagi orang tua, khususnya Ayah, untuk memahami pentingnya hadir secara emosional dalam kehidupan anak bukan hanya sebagai pencari nafkah, tetapi figur penopang kasih sayang, pendengar yang empatik, serta pembimbing yang dekat dengan dunia anak.

•⁠ ⁠Kehadiran Ayah, Fondasi Keluarga Tangguh

Direktur Bina Ketahanan Remaja, Dr. Edi Setiawan, S.Si, M.Sc, MSE, menegaskan bahwa webinar ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman orang tua, khususnya ayah, terhadap dinamika perkembangan remaja di era digital yang sarat tantangan psikologis dan sosial.

Selain itu, juga untuk melatih keterampilan komunikasi orang tua untuk membangun hubungan yang positif dan relasi yang kuat dengan remaja. “Bukan hanya ibu, tetapi juga ayah dalam membentuk karakter remaja yang sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan dan moral,” kata Dr. Edi.

“Masih ada stigma di Indonesia bahwa Ayah mengasuh dengan diam, Ayah itu jarang bicara dan ada banyak sekali postingan yang menyatakan bahwa Ayah sebenarnya ingin bicara tapi tidak tahu caranya. Banyak Ayah ingin dekat, ingin terlibat, tetapi tidak tahu bagaimana memulainya, bingung mengekspresikannya. Ada rasa canggung yang diwariskan budaya patriarki, yang membuat ayah tumbuh dengan keyakinan untuk menahan emosi, sementara remaja justru membutuhkan ayah yang mau mendengar, hadir secara emosional, dan membuka ruang dialog yang hangat,” ujar Dr. Edi.

Dr. Edi juga memperkenalkan program GATI (Gerakan Ayah Teladan Indonesia), sebuah inisiatif dari Kemendukbangga/BKKBN yang menyediakan portal dan layanan konseling bagi para ayah agar dapat saling berbagi pengalaman dan mendapatkan dukungan melalui portal www.gati.kemendukbangga.go.id.

Ia menutup dengan pesan hangat. “Jadilah Ayah yang terlibat untuk generasi hebat,” pungkas Dr. Edi.

•⁠ ⁠Membangun Kedekatan Lewat Cinta, Bukan Gengsi

Praktisi Lingkar Ayah Indonesia, Irwan Rinaldi, turut membedah tantangan yang sering dihadapi ayah masa kini: kesulitan mengekspresikan kasih sayang dan keterbatasan waktu karena tuntutan pekerjaan.

Menurutnya, akar persoalan bisa berasal dari dua sisi. Pertama, sisi Internal, yakni pengalaman masa kecil atau budaya yang membatasi ekspresi emosional. Sisi eksternal, berupa tuntutan pekerjaan dan lingkungan sosial yang membuat ayah jarang hadir secara fisik.

Sebagai solusi, Irwan memperkenalkan tiga pilar pengasuhan ayah modern: loving, coaching, dan modeling. Loving yakni melalui pujian kecil, validasi perasaan, sentuhan afeksi, serta tindakan sehari-hari yang menunjukkan bahwa anak dicintai apa adanya.

Coaching yaitu mendengarkan anak dengan empati, dan memberikan bimbingan tanpa menghakimi. Ayah perlu memahami perkembangan remaja, menggunakan momen harian sebagai teachable moment, dan memasang “radar pengasuhan” dengan menangkap kebutuhan emosional anak.

Modeling, yaitu memberikan teladan lewat perilaku nyata. Irwan juga menegaskan bahwa hubungan Ayah-Ibu yang harmonis juga menjadi pondasi penting, karena anak belajar cinta dari bagaimana orang tuanya saling memperlakukan.

‎Irwan juga menyoroti pentingnya komunikasi yang efektif dan empati dalam membangun hubungan yang kuat dengan anak remaja. Ayah diharapkan dapat menjadi pendengar yang baik dan memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan anak-anak mereka.

Dengan pendekatan ini, diharapkan hubungan antara Ayah dan anak remaja dapat terjalin lebih baik, mengatasi masalah fatherless yang sering terjadi.

•⁠ ⁠Pelukan Seorang Ayah: Kisah Menyentuh dari Andi F. Noya

Sesi berbagi semakin menghangat dengan kisah personal dari jurnalis dan aktivis sosial Andi F. Noya. Ia berbagi pesan menyentuh tentang pentingnya tidak menunda menunjukkan kasih sayang kepada orang tua dan anak. Ia membuka hatinya tentang perjalanan hidup dan pertemuannya kembali dengan sang ayah di Jayapura setelah lama berpisah.

Meski tumbuh dalam keterbatasan, Andi mengaku ayahnya meninggalkan warisan berharga yaitu nilai kejujuran, kerja keras, dan kasih tanpa pamrih.

“Pesan penting buat siapapun yang masih punya orangtua, banyak anak take it for granted (menyepelekan), dia tahu orang tuanya sayang sama dia. Banyak anak juga berkonflik dengan orangtua. Tapi apakah kita tahu berapa lama Tuhan memberikan kehidupan untuk orangtua? Sehingga jangan berfikir orangtua akan hidup selamanya,” pesannya penuh haru.

Ia juga berbagi tentang tips membangun hubungan yang baik dengan anak-anak, dengan menjadikan mereka sahabat dan mendengarkan pendapat mereka. Andi mengingatkan bahwa orang tua harus memberikan cinta dan perhatian yang sama kepada semua anak, menghindari konflik, dan selalu mengungkapkan kasih sayang.

Ia juga menyoroti pentingnya pelukan dan ungkapan cinta dalam keluarga, serta bagaimana hal tersebut menjadi investasi kenangan yang akan terus hidup dalam diri anak. Pesan utamanya adalah untuk selalu menciptakan momen bahagia dengan orang-orang tercinta dan tidak menunda-nunda untuk menunjukkan kasih sayang.

Andi berharap pengalaman dan kisahnya dapat bermanfaat bagi para orang tua dan anak-anak dalam memperbaiki hubungan mereka.

•⁠ ⁠Suara Remaja: Tentang Ayah

Dua Duta GenRe Indonesia 2025, Yufrizka Naomi Tunas dan Fikrul Azka, turut memberikan sudut pandang dari perspektif remaja. Merekalah yang paling merasakan efek dari kehadiran (atau ketidakhadiran) seorang ayah.

Naomi menyoroti pentingnya inisiatif dari remaja untuk juga membuka komunikasi dengan orang tua, misalnya melalui tindakan kecil seperti seperti menemani berbincang, membantu tugas rumah, atau mengirim pesan apresiasi sangat berarti bagi remaja. Ia juga menyoroti pentingnya quality time untuk membentuk karakter anak.

Fikrul, yang kehilangan ayahnya sejak kecil, menekankan pentingnya kehadiran emosional ayah dan bagaimana ayah bisa menjadi superhero bagi anaknya. “Ayah harus menjadi teladan dan pelindung bagi anak, serta pentingnya ayah untuk terlibat dalam kehidupan anak meskipun sibuk,” kata Fikrul.

Kedua narasumber remaja sepakat bahwa komunikasi yang baik tidak hanya tentang memberikan nasihat, tetapi juga mendengarkan anak dengan penuh perhatian. Mereka berharap orang tua dapat menjadi role model yang nyata bagi anak-anak mereka, dan hubungan emosional yang kuat dapat terjalin meskipun ada jarak fisik.